REPUBLIKA.CO.ID, PADANG ARO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mencatat 50 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama 2019. Dari kasus tersebut tercatat satu orang meninggal.
"Tingkat kerawanan DBD paling tinggi di Kecamatan Pauah Duo dengan 23 kasus dan satu orang meninggal," kata Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Novirman, Kamis (13/2).
Kasus DBD selama tahun 2019 paling tinggi terjadi pada April dengan 12 kasus serta Januari dengan 10 kasus. Guna mengantisipasi penyakit demam berdarah pada 2020, pihaknya akan melakukan pemeriksaan lapangan terhadap jentik nyamuk penyebab DBD.
"Berdasarkan evaluasi 2019 kasus DBD paling banyak terjadi April. Maka mulai Maret 2020 kami melakukan pemeriksaan lapangan terhadap jentik nyamuk penyebab demam berdarah," katanya.
Selain itu pertimbangan dilakukan pemeriksaan jentik pada Maret adalah karena bulan itu diperkirakan sebagai akhir dari musim hujan. Dengan demikian potensi nyamuk penyebab demam berdarah untuk berkembang semakin tinggi.
Pemeriksaan lapangan ini akan lebih diutamakan di kecamatan yang terdapat banyak kasus tahun sebelumnya yaitu Pauh Duo. Dia mengimbau masyarakat lebih mengutamakan kebersihan lingkungan dan jangan lupa menerapkan tiga M plus. Tiga M plus yaitu menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi berkembangnya nyamuk DBD.
Sedangkan plus-nya bisa dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk, memakai kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, dan lainnya.
Penerapan tiga M plus merupakan upaya pencegahan supaya nyamuk penyebab demam berdarah tidak berkembang biak. Menurut Novirman selama ini banyak masyarakat yang berfikir pemberantasan nyamuk penyebab demam berdarah dengan fogging padahal yang efektif adalah dengan tiga M plus.
"Kalau fogging hanya membunuh nyamuk dewasa sedangkan jentiknya akan kebal. Karena itu kami mengajak masyarakat menerapkan tiga M plus," jelasnya.