REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Maulana Jalaluddin Rumi merupakan seorang sufi yang dikenal akan syair-syairnya yang menggugah jiwa. Puisi-puisi Rumi bernafaskan ketuhanan, dan kerinduan kepada Allah SWT semata.
Tak lupa, dalam puisinya pula Rumi kerap mengingatkan manusia terhadap kebahagiaan dan rasa syukur atas nikmat yang diberi.
Dalam buku Belajar Hidup dari Rumi karya Haidar Bagir disebutkan, manusia menurut Rumi harus berjuang untuk mengembangkan kepribadiannya sehingga mampu berada di dalam takdir yang dia dapat.
Menurut Rumi, manusia diturunkan ke bumi dengan kebebasannya memilih. Maka itu dia harus berusaha mengisi kehidupannya dengan kebahagiaan dengan berupaya sungguh-sungguh.
Dan tak lupa, atas kebahagiaan yang dicari itu maka manusia juga perlu memberikan nilai kepada hidup yang telah diberi.
Rumi mendeskripsikan bahwa kebahagiaan hanya bisa dinikmati apabila manusia memiliki rasa syukur. Rasa syukur bahkan diganjar pahala berlipat dari Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam Alquran.
Janji Allah itu pasti, sehingga orang-orang yang selalu bersyukur akan Allah balas dengan balasan setimpal. Tentang rasa syukur ini, Rumi bahan menuliskan puisi sebagaimana berikut:
Rasa syukur adalah anggur jiwa kita
Sana,
Mabuklah!