Kamis 13 Feb 2020 17:45 WIB

Islam dalam Pusaran Wabah Virus Corona

Umat Islam di China melakukan tindakan nyata mengatasi wabah virus corona.

Islam dalam Pusaran Wabah Virus Corona. Muslim China di Kota Shanghai.
Foto: Aly Song/Reuters
Islam dalam Pusaran Wabah Virus Corona. Muslim China di Kota Shanghai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Entah mengapa tiba-tiba wabah virus corona jenis baru yang mewabah di China sejak Desember 2019 dikaitkan dengan Islam. Bahkan, ada unggahan di salah satu media sosial di Indonesia yang mengaitkan wabah mematikan itu dengan Islam di Wuhan yang merupakan episentrum wabah Covid-19.

Padahal, Ibu Kota Provinsi Hubei yang berada di wilayah tengah China itu bukan salah satu daerah yang banyak dihuni umat Islam dari etnis Hui, seperti Xi'an di Provinsi Shaanxi, Provinsi Gansu, Provinsi Qinghai, Provinsi Ningxia, begitu juga dengan Daerah Otonomi Xinjiang yang banyak dihuni etnis Uighur. Lucunya lagi, unggahan yang juga tersebar secara berantai itu menyebutkan Islam di Wuhan sudah ada sejak Khalifah Umar bin Khattab RA.

Literatur-literatur tentang Islam di China menyebutkan penyebar ajaran Islam pertama di China itu adalah Sa'ad bin Abi Waqqash RA, paman Nabi Muhammad SAW. Sa'ad memperkenalkan Islam ke China pada 620 Masehi atau pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA yang memerintah setelah Umar RA.

Tujuh tahun setelah mendarat di Kota Guangzhou di wilayah selatan China, Sa'ad membangun Masjid Huaisheng yang dilengkapi mercusuar untuk memandu kapal dari Laut China Selatan memasuki muara Sungai Mutiara. Masjid yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari makam Sa'ad di jantung Kota Guagzhou itu merupakan bangunan masjid pertama di China.

Islam kembali diseret dalam pusaran wabah corona di Wuhan dengan tersebarnya video masyarakat China shalat di salah satu masjid. Narasi dalam video itu mengarah pada pertobatan rakyat China setelah didatangi wabah yang merenggut lebih dari seribu nyawa manusia itu.

Sayangnya, video yang beredar di medsos itu ditelan begitu saja, bahkan oleh orang-orang terdidik dan berkedudukan yang sebenarnya punya kesempatan lebih banyak untuk bertabayun ketimbang masyarakat awam di Indonesia yang memang tingkat literasinya sangat rendah. Jelas-jelas gambar di video itu orang-orang China yang ikut-ikutan shalat sampai salah kiblat dan memakai celana pendek.

Antara November hingga Februari, seluruh wilayah daratan China sedang musim dingin sehingga tidak ada orang pakai celana pendek dan kaus oblong seperti di video itu. Lagi pula sejak pemerintah China menyatakan wabah pneumonia tersebut sebagai darurat nasional pada 23 Januari 2020, masyarakat setempat mengenakan masker saat berada di luar rumah, tidak seperti di video itu yang tak satu pun mengenakannya.

Kemudian pada 24 Januari, semua pemerintah daerah di China mengeluarkan surat edaran ditiadakannya kegiatan massal untuk mencegah penularan virus tersebut. Berbagai acara perayaan Imlek dan kegiatan keagamaan, termasuk shalat Jumat di China turut pula ditiadakan. Belum lagi video lama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke salah satu masjid di Ningxia pada 2016 turut menjadi komoditas hoaks yamg turut memperkeruh pandemi tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement