REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia akan memprakarsai pertemuan tokoh-tokoh lintas agama internasional sebagai sarana menyerukan perdamaian di tengah konflik yang berkembang di dunia saat ini.
"Saya bertemu Menlu, yang kami perbincangkan antara lain untuk melakukan pertemuan tokoh-tokoh agama dunia. Diharapkan Indonesia bisa menjadi tuan rumah. Targetnya bagaimana tokoh-tokoh agama ini rukun di dunia, sehingga tidak terjadi konflik-konflik agama," kata Wakil Presiden Ma'ruf Amin kepada wartawan usai menerima laporan dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kantor Wapres Jakarta, Kamis (13/2).
Ma'ruf menambahkan pertemuan tokoh-tokoh lintas agama tersebut akan mengambil momentum kedatangan pemimpin Gereja Katolik tertinggi Paus Fransiskus ke Indonesia, seperti yang undangannya telah disampaikan Presiden Joko Widodo ke Vatikan. "Kita menginginkan agar tidak hanya bisa rukun, tetapi juga bisa merukunkan konflik yang berkembang sekarang di dunia dengan tokoh-tokoh agama terkemuka seperti dari Islam, dari Paus, kemudian tokoh agama Kristen, Hindu dan Buddha secara bersama-sama bagaimana membangun dunia baru yang lebih damai, lebih rukun," jelasnya.
Sebelumnya, upaya meningkatkan kerukunan antaragama melalui dialog lintas agama secara internasional juga disampaikan Wapres Ma'ruf ketika bertemu dengan Presiden Singapura Halimah Yacob beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan itu, Wapres Ma'ruf dan Presiden Halimah sepakat untuk mendorong penyelenggaraan dialog lintas agama di antara kedua negara, sebagai upaya menangkal radikalisme dan terorisme.
Ma'ruf mengatakan dialog-dialog antarpemuka agama harus dikedepankan sebagai upaya untuk menciptakan kerukunan dan toleransi antarmasyarakat. Dengan adanya toleransi, maka paham-paham radikal akan sulit untuk menyusup ke pemikiran masyarakat.
"Kita ingin mengadakan dialog antarpemuka agama di dunia ini, untuk membangun kerukunan antaragama, supaya agama tidak menjadi sumber konflik," katanya.
Menurut Ma'ruf, dialog menjadi solusi untuk menciptakan dan menjaga perdamaian di wilayah-wilayah konflik karena pendekatan militer tidak optimal digunakan sebagai sarana penyelesaian. "Kita harapkan melalui agama nanti bisa menjadi perekat untuk bisa menyelesaikan konflik itu, karena upaya untuk merukunkan konflik melalui pendekatan politik dan pendekatan militer itu belum menyelesaikan konflik yang ada," ujarnya.