REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Garda Revolusi Iran mengancam akan menyerang Amerika Serikat (AS) dan Israel. Hal itu disampaikan saat peringatan 40 hari kematian mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani, Kamis (13/2).
“Jika kalian (AS dan Israel) melakukan kesalahan sedikit saja, kami akan menyerang kalian berdua,” ujar Pemimpin Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami.
Sebelumnya juru bicara Garda Revolusi Iran Ramezan Sharif mengatakan pembunuhan Soleimani akan mengarah pada pembebasan Yerusalem. "Pembunuhan komandan Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis yang dilakukan oleh pengecut dan penakut oleh Amerika akan mengarah pada pembebasan Yerusalem, dengan rahmat Allah," kata dia dilaporkan Tasnim News Agency.
Pada 3 Januari lalu, AS membunuh Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Dia tewas setelah mobil yang ditumpanginya bersama Komandan Popular Mobilization Units (PMU) Abu Mahdi al-Muhandis dihantam misil Hellfire yang diluncurkan pesawat nirawak atau drone AS.
Presiden AS Donald Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung pembunuhan Soleimani. Dia mengklaim Soleimani dibunuh karena memiliki rencana yang membahayakan para diplomat dan pasukan AS tak hanya di Irak, tapi juga di kawasan.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.
Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani.
Di Iran, Soleimani dipandang sebagai orang terkuat kedua setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Kendati demikian, loyalitas dan kesetiaan Soleimani terhadap Khamenei tak pernah diragukan.