Jumat 14 Feb 2020 20:31 WIB

Ikatan Khatib DMI Ungkap Alasan Pentingnya Khatib Dibina

Materi dakwah yang disampaikan para khatib harus berwawasan luas.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ani Nursalikah
Ikatan Khatib DMI Ungkap Alasan Pentingnya Khatib Dibina.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ikatan Khatib DMI Ungkap Alasan Pentingnya Khatib Dibina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (IK DMI) Hamdan Rasyid menilai pentingnya pembinaan para khatib agar mempunyai paham keumatan dan kebangsaan yang tinggi. Menurut Hamdan, itu karena pernyataan khatib lebih didengar masyarakat umum.

Karena itulah, materi dakwah yang disampaikan para khatib harus berwawasan luas dan juga memiliki komitmen kebangsaan tinggi. "Kenapa perlu diperhatikan karena omongannya didengar, walaupun hanya 20 menit tapi berpengaruh sekali, maka disinilah pentingnya pembinaan para khatib," ujar Hamdan dalam pembukaan Rakernas II IK DMI di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (14/2).

Baca Juga

Karena itu juga, IK DMI akan rutin melakukan pembinaan kepada para khatib yang berada di bawah IK DMI. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas khatib.

Apalagi, IK DMI juga memiliki program akademi khatib Indonesia untuk membina para khatib. "Sehingga jadi khatib yang cinta bangsa, tidak mempertentangkan soal kebangsaan dan agama. Sebab perdebatan soal Islam, Pancasila sudah panjang dan final, karenanya dalam khutbah pun tidak perlu mempertentangkan Islam dan kebangsaan," kata Hamdan.

Selain itu, IK DMI juga membuat program lainnya yakni khatib bersertifikat yang tujuannya agar ada standar para khatib. Ia menargetkan, setidaknya 10 ribu khatib bersertifikat pada 2020.

"Lima tahun ke depan diharap sampai 300 ribu yang bersertifikat," katanya.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengimbau para khatib dalam khutbahnya untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan umat. Ma'ruf berpesan agar khatib tidak memberikan materi dakwah yang justru mengobarkan permusuhan di antara umat.

Itu disampaikan Ma'ruf saat membuka Rakernas ke-II dan Halaqah Khatib Indonesia di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (14/2). "Karena itu harus membangun narasi kerukunan, dalam khotbah itu jangan bangun narasi konflik dan permusuhan, jangan ada perasaan seperti perang melawan Belanda," ujar Ma'ruf dalam sambutannya.

Ma'ruf mengingatkan, besarnya pengaruh materi yang disampaikan khatib terhadap pandangan, sikap dan tindakan masyarakat. Karena itu, khatib harus mempunyai kompetensi dan pemahaman agama yang benar.

Selain itu, khatib juga harus mempunyai komitmen kebangsaan sehingga dalan dakwahnya masih dalam taraf bingkai kenegaraan dan kebangsaan. Ma'ruf juga meminta agar khatib juga tidak menyebarkan sikap intoleran yang berpotensi melahirkan sikap radikalisme di antara para jamaah.

Menurutnya, khatib pun harus dibekali pemahaman toleran sebelum dia memberikan khutbah kepada jamaahnya. "Saya sikap inteloran jangan sampai ada, karena intoleran ini melahirkan radikalisme, radikalisme inti nanti mengarah pada terorisme, jangan sampai khotib mengobarkan sikap-sikap itu, ini barangkali yang perlu jadi komitmen," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement