Sabtu 15 Feb 2020 01:21 WIB

Laksdya Aan: Banyak PR yang Jadi Tantangan Bakamla

Kepala Bakamla Laksdya Aan Kurnia mengatakan masih banyak PR yang jadi tantangan.

Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia (kiri)
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia mengakui banyaknya pekerjaan rumah (PR) yang mesti diselesaikannya ke depan sebagai tantangan untuk penguatan badan yang dipimpinnya. Salah satunya terkait masalah sumber daya manusia dan alat utama sistem persenjataan yang masih kurang

"Tugas ke depan memang yang tadi disampaikan oleh Pak Taufik (Kabakamla lama) cukup berat. Akan tetapi, ini merupakan tantangan bagi saya," kata Aan Kurnia di Jakarta, Jumat (15/2).

Baca Juga

Hal tersebut disampaikan Laksdya Aan usai serah terima jabatan Kepala Bakamla kepada pejabat sebelumnya, yakni Laksamana Madya TNI (Pur.) Achmad Taufiqoerrochman. Ia mengingatkan bahwa tantangan permasalahan maritim di Indonesia makin lama makin meningkat sehingga perlu menjadi perhatian.

"Masalah sumber daya manusia (SDM), tadi sudah disinggung juga betul, ini kurang. Begitu pula jumlah alutsista (alat utama sistem persenjataan) ini masih kurang," katanya.

Namun, Aan optimistis bisa mengatasi berbagai tantangan tersebut dengan strategi yang telah dipersiapkannya, termasuk bersinergi dengan pemangku kepentingan. Sementara itu, mantan Kabakamla Laksdya TNI (Pur.) Achmad Taufiqoerrochman menyebutkan Bakamla kembutuhkan sedikitnya 77 kapal dan beberapa pesawat terbang. Namun, baru ada 10 unit kapal.

Menurut dia, soal SDM juga perlu mendapatkan perhatian sebab selama ini personel Bakamla masih berupa gugus tugas dari berbagai institusi, seperti TNI dan kepolisian.

"Ini tidak boleh terjadi. Kenapa? Karena Bakamla bukan satuan tugas, bukan task force karena dia melakukan tugas yang luas dan berlanjut. Maka, dia harus independen," kata Taufiq menegaskan.

Taufiq juga menyebutkan kurangnya personel yang harus segera diatasi agar optimal, setidaknya memenuhi daftar susunan personel (DSP) ideal untuk mengawaki kapal.

"Kapal itu, begitu saya masuk, DSP-nya 78 orang, diisi 16 orang. Bisa apa? Kemudian, saya minta ternyata dapat personel, pengawak, bukan yang dilatih untuk kapal itu. Sudah lumayan sekarang bisa 38 orang di kapal," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement