REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menargetkan Sensus Penduduk 2020 (SP2020) secara daring bakal diikuti 23 persen penduduk Indonesia. Kalangan milenial dijadikan sasaran utama lantaran dinilai lebih melek teknologi.
Sekretaris Utama BPS Adi Lumaksono mengatakan, meski sensus secara daring baru pertama kali dilakukan di Indonesia, tapi pihaknya optimistis sekitar 23 persen dari 260 juta penduduk Indonesia akan berpartisipasi. Bila target tercapai, maka proses pengolahan data akan berlangsung lebih cepat.
"Yang jelas dengan sistem daring ini akan lebih cepat mengolahnya. Karena langsung masuk ke dalam software datanya," kata Adi kepada wartawan di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Sabtu (15/2).
Adapun untuk mencapai target 23 persen itu, lanjut Adi, pihaknya berharap banyak ke kalangan milenial. Sebab, generasi yang lahir antara 1980-an hingga 1990-an ini dinilai lebih melek teknologi dibandingkan generasi sebelumnya.
"Milenial itu sudah IT minded, jadi mereka mudah mengisinya," ungkap Adi. Selain milenial, Adi mengaku pihaknya juga menyasar pengisian kuesioner daring oleh aparatur sipil negara (ASN) dan karyawan BUMN.
Sedangkan secara wilayah, Adi menargetkan penduduk di Pulau Jawa yang akan paling banyak berpartisipasi secara daring. Sebab, jaringan internetnya dinilai jauh lebih lancar dibandingkan wilayah lain.
Adi menyebut, bagi mereka yang tidak bisa mengikuti sensus secara daring, maka pendataan akan dilakukan secara tatap muka oleh petugas BPS pada bulan Juli 2020. Pencacahan secara langsung juga akan menggunakan tablet ataupun kusioner kertas di daerah sulit akses internet.
SP2020 secara daring dimulai sejak 15 Februari - 31 Maret 2020. Sedangkan sensus tatap muka oleh petugas BPS bakal berlangsung mulai dari 1 Juli - 31 Juli 2020.
Dalam SP2020, BPS menggunakan metode kombinasi (combine method) dengan basis data dasar berasal dari data administrasi pendudukan dari Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil). Sensus kali ini diharapkan bakal menghasilkan satu data kependudukan.
Data penduduk yang dihasilkan melalui SP2020 merupakan data dasar yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan di berbagai bidang seperti pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain sebagainya.
Dalam melaksanakan SP2020 secara daring, BPS telah mendapat dukungan dari Badan Siber dan Sandi Negara, Institut Teknologi Bandung, Biro Statistik Australia, dan Kementerian Kominfo guna menguatkan jaringan komunikasi dan internet dan keamanan data.