REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan bertukar pandang membahas perkembangan terbaru di Libya melalui sambungan telepon. Keduanya juga membicarakan tetnang Suriah, dan hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara.
"Selama pembicaraan mereka, Presiden Erdogan dan Trump menekankan pentingnya pemulihan bagi perdamaian dan stablitas di Libya," ujar Direktorat Komunikasi Turki seperti dilansir Anadolu Agency, Ahad (16/2).
Kedua presiden juga bertukar pandangan soal cara untuk segera mengakhiri krisis di Idlib, Suriah. Keduanya menggarisbawahi bahwa serangan rezim Bashar al-Assad di Idlib tidak dapat diterima.
Pasukan Turki berada di Idlib sebagai bagian dari misi anti-teror dan perdamaian. Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi militer secara tegas dilarang.
Meski begitu, lebih dari 1.800 warga sipil telah tewas dalam serangan-serangan oleh rezim dan pasukan Rusia sejak itu. Serangan-serangan itu mengabaikan gencatan senjata 2018 dan yang baru dimulai pada 12 Januari.
Selain itu, Erdogan dan Trump juga sepakat melanjutkan pembicaraan untuk meningkatkan hubungan ekonomi. Keduanya juga sepakat mencapai target 100 miliar dolar AS dalam perdagangan bilateral.