REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Kedatangan sang putri, Nadia Ramadanissa Saubari di Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin membuat pasangan suami istri H Ahmad Fikri Saubari dan Hj Nur Taibah senang bukan kepalang setelah anaknya kembali dari China.
Nur Taibah sebagaimana para orangtua mahasiswa lainnya sangat khawatir ketika sang anak terisolasi akibat penyebaran Covid-19 (CoronaVirus Disease2019).
"Setiap saat saya hanya bisa berdoa untuk keselamatan anak. Alhamdulillah doa dikabulkan Allah SWT dan kini bisa bertemu memeluknya," ucap Nur Taibah di Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin, Ahad.
Ia mengatakan, sang putri hanya cemas kehabisan stok makanan karena semua toko tutup dan warga pun dilarang keluar rumah.
"Alhamdulillah mereka di asrama saling bantu. Jadi ada teman yang cukup banyak stok makanannya dibagi-bagi ke mahasiswa lainnya," tutur Nur Taibah menceritakan kisah yang dialami anaknya selama di China.
Beruntungnya, kata dia, komunikasi bisa terus dilakukan melalui sambutan handphone. Sehingga ia bisa mengetahui kondisi anaknya dari waktu ke waktu.
Begitu juga ketika telah berada Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau, menjalani masa observasi selama 14 hari, anaknya selalu memberikan kabar.
"Jadi Nadia pengen cepat-cepat pulang dan syukur Alhamdulillah anak saya sehat. Kami sangat bersyukur," kata wanita yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin itu.
Jika dalam kondisi normal, sulung dari tiga bersaudara itu biasanya pulang satu tahun sekali pada pertengahan tahun di bulan Juli.
Sementara Nadia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia dan juga KBRI Beijing atas kepulangan mereka ke tanah air.
Nadia dan tujuh mahasiswa lainnya asal Kalimantan Selatan tercatat menjadi bagian dari 238 WNI yang menjalani observasi di Natuna selama 14 hari, setelah dijemput dari Cina.
Gadis berhijab itu kuliah di Hubei University of Science and Technology di Kota Xianning Provinsi Hubei Tenggara, Tiongkok. Terletak di selatan Wuhan, lokasi mewabahnya virus corona yang mematikan.
"Jarak dari Kota Wuhan Ibukota Hubei sekitar 60 kilometer. Jadi saat itu kami sangat khawatir dan kondisinya seperti kota mati. Namun syukur Alhamdulillah di asrama mahasiswa tempat saya tinggal tidak ada yang terjangkit Covid-19," kata Nadia mahasiswi semester delapan Program Sarjana Kedokteran Umum di Hubei University of Science and Technology.
Nadia merupakan alumni SMAN 1 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Setelah lulus sekolah pada tahun 2016, dia bersama lima orang lainnya mendapatkan beasiswa dari Pemda setempat untuk studi pendidikan tinggi di China.