REPUBLIKA.CO.ID, Merintis karier sebagai penyanyi sekaligus penulis lagu mulai dari bawah, ulet, konsisten dan merakyat, telah melambungkan namanya di kancah dunia hiburan di Tanah Air. Khususnya, di dunia musik dan tarik suara genre campur sari. Kiprah pemilik nama lahir, Dionius Prasetyo ini juga terus menjadikannya sebagai sosok cukup berpengaruh, yang dibuktikan dengan menjamurnya ‘Sobat Ambyar’ –julukan fans dan penggemar milenial—di Tanah Air.
Hingga lembaga seperti Badan Narkotika Nasional (BNN) pun tak ragu untuk menyematkan namanya sebagai salah satu Relawan Anti Narkoba, dengan ikhtiar pengaruhnya juga bisa menyentuh kalangan milenial untuk menghindarkan dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Belum lagi institusi lain yang menjadikan namanya sebagai ikon maupun brand ambassador (duta merek/ program). Kini, penyanyi yang juga berjuluk ‘The Godfather of Broken Heart’ atau ‘The Lord of Loro Ati’ ini juga terus menebarkan virus rukun dan damai.
Penyanyi Didi Kempot menggelar konser tunggal bertajuk The Godfahter of Broken Heart Konangan Concert.
Ia ingin orang yang datang di depan panggung konsernya, adalah mereka yang ingin menikmati musikalitasnya dan mereka yang benar- benar menanggalkan semua rivalitas. Konser atau pertunjukan musik tidak perlu ada gebuk-gebukan.
Namun, mereka datang dengan penuh kedamaian. “Karena apa, saya berjuang untuk ini sudah cukup lama, sejak kali pertama rekaman ‘Stasiun Balapan’ atau hampir 31 tahun silam,” ungkapnya, saat ditemui dalam sebuah konser di Lapangan Panglima Besar jenderal Sudirman, Ambarawa, Kabupaten Semarang, baru- baru ini.
Sekarang, lanjutnya, anak- anak muda sudah semakin bisa menerima walaupun dulu–sebenarnya--juga sudah bisa menerima. “Namun sekarang saya melihat mereka lebih antusias jika dibandingkan waktu awal-awal saya rekaman,” lanjutnya.
Didi mengungkap alasan mengapa bisa menyebut lebih antusias. Karena memang persaingan di media sosial (medsos) cukup luar biasa, demikian halnya artis-artis baru sekarang juga semakin banyak.
Namun sekarang, anak- anak muda (milenial) semakin mencintai warna musik dan lagu-lagu khas daerah yang dibawakan dan dijadikannya sebagai media untuk menebar virus cinta damai.
Kalaupun secara konten jamak berkisah tentang patah hati atau loro ati, sebenarnya ia memilih mengajarkan untuk move on. “Maka saya sekarang sering diundang di kampus- kampus dan kalau melihat di setiap pertunjukan saya, di barisan terdepan adalah anak- anak milenial semua sekarang,” tambahnya.
Hal itu memang menjadi harapannya sejak dulu ketika prihatin anak- anak muda cenderung menggandrungi budaya impor. “Karena negara ini kaya dengan budaya, kenapa kita tidak mencintai budaya bangsa sendiri,” tandasnya.