Senin 17 Feb 2020 14:24 WIB

Melihat dari Dekat Fukushima Bangkit

Momen Olimpiade menjadi bukti kebangkitan Fukushima.

Suasana pusat latihan sepak bola J-Village di Fukushima, Jumat (7/2). J-Village akan menjadi lokasi titik awal kirab obor Olimpiade 2020.
Foto: satria kartika yudha
Suasana pusat latihan sepak bola J-Village di Fukushima, Jumat (7/2). J-Village akan menjadi lokasi titik awal kirab obor Olimpiade 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Satria Kartika Yudha

Fukushima telah bangkit dari bencana dahsyat. Roda perekonomian kembali berputar. Warga setempat pun bisa menjalani kehidupan sehari-hari seperti sedia kala.

Baca Juga

Sembilan tahun silam, tepatnya 11 Maret 2011, prefektur terbesar ketiga di Jepang tersebut porak-poranda akibat gempa bumi dan tsunami. Kekuatan gempa mencapai 9 skala richter (SR). Sementara ketinggian tsunami rata-rata mencapai 10 meter.

Menurut data Pemerintah Prefektur Fukushima, jumlah korban jiwa akibat  gempa bumi dan tsunami mencapai 4.105 orang. Bencana itu merusak 98.218 unit rumah. Sebanyak 15.335 rumah di antaranya hancur total.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Gempa bumi dan tsunami memicu kecelakaan energi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi. Tiga dari enam reaktor nuklir meledak. Bencana itu membuat Fukushima terpapar radiasi nuklir.

Warga yang berjarak 20 km dari lokasi PLTN harus dievakuasi. Lokasi evakuasi bahkan pernah diperluas hingga berjarak 30 km.

Sebulan pascaledakan PLTN, tingkat radiasi di Kota Fukushima, misalnya, terdeteksi mencapai 2,74 microsivet per jam. Padahal, ambang batas aman tingkat radiasi yang ditetapkan sebesar 0,23 mikrosivet per jam.  

Bencana nuklir membuat perekonomian Fukushima rontok. Mereka tak lagi bisa memanfaatkan kekayaan sumber daya alamnya. Air, tanah, hingga perkebunan terpapar zat radioaktif. Kinerja ekspor anjlok 98 persen per 2012. Kunjungan turis asing pun melorot hingga 78 persen.

photo
Suasana Kota Iwaki, Prefektur Fukushima, Jepang, Jumat (7/2). Iwaki merupakan salah satu daerah terdampak bencana gempa bumi, tsunami, dan radiasi nuklir yang terjadi pada Maret 2021.

Republika.co.id bersama sejumlah media dari Indonesia berkesempatan mengunjungi Fukushima dan berbincang dengan Pemerintah Prefektur Fukushima pada awal Februari 2020. Kunjungan ini bagian dari program Jenesys 2019.

Deputi Divisi Hubungan Internasional Pemerintah Prefektur Fukushima Oshima Yasunori mengatakan, 97,5 persen wilayah Prefektur Fukushima kini telah selesai dilakukan pembersihan radiasi.  "Tingkat radiasi di sebagian besar wilayah di bawah ambang batas. Hampir sama dengan kota-kota lain di dunia," kata Oshima. Bahkan, dia mengeklaim tingkat radiasi sudah berada pada level normal sejak Juli 2019, yakni 0,14 mikrosivet per jam.

Saat ini, kata dia, hanya ada 2,5 persen wilayah yang masih terpapar radiasi dan dalam tahap isolasi. Wilayah itu belum aman karena sangat berdekatan dengan PLTN Daiichi.

Oshima menjelaskan, pembersihan jejak zat radioaktif dilakukan secara komprehensif dan berkala. Pemerintah Fukushima mengeruk seluruh permukaan tanah dan memindahkannya ke tempat penampungan di daerah terpencil.

Pembersihan juga dilakukan pada seluruh pepohonan dan bangunan. "Sampai sekarang kami rutin mengecek tingkat radiasi," katanya.

Pemerintah Prefektur Fukushima sejak 2016 mendirikan Fukushima Prefectural Centre for Environmental Creation (CEC). Salah satu fungsi CEC memonitor tingkat radiasi dari seluruh wilayah Fukushima. CEC memasang alat pemantau tingkat radiasi di sekitar 3.000 titik yang beroperasi selama 24 jam penuh.

photo
Suasana pusat latihan sepak bola J-Village di Fukushima, Jumat (7/2). J-Village akan menjadi lokasi titik awal kirab obor Olimpiade 2020.

Olimpiade ajang pembuktian

Meski 97,5 persen wilayah telah aman dari radiasi, fobia terhadap Fukushima belum sepenuhnya hilang. Di Jepang sendiri bahkan masih ada istilah 'made in Fukushima' sebagai bentuk keraguan terhadap produk-produk dari Fukushima yang pernah terpapar radiasi.

"Dampaknya masih terasa sampai sekarang," kata Oshima.

Fukushima kini punya momen untuk membuktikan diri telah bangkit dari bencana. Mereka akan memanfaatkan gelaran Olimpiade Tokyo 2020 pada 24 Juli-29 Agustus guna menunjukkan kepada dunia kondisi terkini Fukushima yang telah kondusif dan normal setelah sembilan tahun bencana.

Pemerintah Prefektur Fukushima pun menyatakan kesiapannya menggelar pertandingan cabang olahraga Olimpiade 2020.  Para pejabat setempat juga memastikan lokasi pertandingan aman dari radiasi radioaktif.

Pertandingan cabang olahraga bisbol dan sofbol akan digelar di Fukushima Azuma Baseball Stadium. Fukushima juga bakal menjadi titik awal pawai obor Olimpiade 2020, tepatnya di pusat latihan sepak bola J-Village. Rencananya, pawai obor digelar pada 26 Maret mendatang.

Wakil Direktur Divisi Revitalisasi Area Evakuasi Pemerintah Prefektur Fukushima Yoshida Hideki menambahkan, meski masih ada 2,5 persen wilayah yang belum aman dari paparan zat radioaktif. Kondisi ini tak akan membahayakan kesehatan para atlet dan pengunjung di Fukushima untuk mengikuti Olimpiade.

"Lokasi pertandingan berjarak 60 kilometer dari PLTN. Sementara wilayah yang masih berstatus evakuasi hanya beberapa kilometer dari PLTN," kata dia.

Saat Republika.co.id berkunjung ke J-Village, kompleks pemusatan latihan sepak bola yang terletak di Naraha Town itu tampak sudah siap menggelar pawai obor.

J-Village memiliki 11 lapangan sepak bola. Sebanyak lima lapangan menggunakan rumput alami. Seluruh rumput lapangan tampak tertata rapi. J-Village juga dilengkapi fasilitas hotel berjumlah 200 kamar.

Kompleks sepak bola yang dibangun 20 tahun lalu itu pernah menjadi pusat penanganan bencana. Jaraknya 20 km dari PLTN Daiichi.

Perwakilan Pemerintah Fukushima untuk J-Village Imazato Hideo mengatakan, J-Village sempat direnovasi pada pertengahan 2018 dan kembali dibuka pada April 2019. "J-Village adalah salah satu lambang  pemulihan bencana serta kecelakaan PLTN," kata Imazato.

Imazato mengatakan, prosesi kirab pawai obor rencananya dilakukan di depan lapangan dalam ruangan yang dibangun pascabencana. Pawai obor bertema "Api Pemulihan" akan melintasi daerah-daerah yang pernah terdampak bencana.

"Lewat pawai obor, kami juga ingin membuktikan bahwa kami telah pulih dari bencana. Lingkungan di sini juga bagus untuk berolahraga," ujar dia.

photo
Tsurugajo Castle

Pariwisata

Telah pulihnya Fukushima juga terlihat dari sektor pariwisata. Salah satu destinasi wisata di Fukushima, yaitu Tsurugajo Castle, cukup ramai  wisatawan meski sedang turun salju. Tak hanya wisatawan domestik, tapi juga turis mancanegara.

Tsurugajo Castle terletak di Kota Aizuwakamatsu. Kastil ini terdiri atas lima lantai.

Lantai pertama hingga lantai tiga merupakan museum. Di lantai pertama, pengunjung diajak mengenal para penguasa daerah. Beranjak ke lantai dua, Tsurugajo Castle memamerkan benda-benda kuno dan kerajinan tangan tradisional.  Sementara di lantai tiga diceritakan sejarah Perang Boshin atau perang saudara di Jepang.  

Lantai empat dan kelima mungkin yang menjadi titik favorit wisatawan. Karena di lantai tersebut pengunjung dapat menyaksikan dan mengabadikan keindahan wilayah Aizuwakamatsu dari ketinggian dengan pemandangan Gunung Bandai.

Tiket masuk ke Tsurugajo Castle dipatok sebesar 410 yen atau sekitar Rp 56 ribu untuk orang dewasa. Sedangkan tarif tiket masuk untuk anak-anak hanya 150 yen. Turis asing maupun lokal dikenakan tarif yang sama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement