Senin 17 Feb 2020 15:09 WIB

Impor Elpiji Bikin Neraca Migas Anjlok Lagi

Rencana pemerintah menertibkan penyaluran elpiji bersubsidi perlu segera dilakukan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja menata gas elpiji 3 kg bersubsidi untuk didistribusikan. ilustrasi
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Pekerja menata gas elpiji 3 kg bersubsidi untuk didistribusikan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan migas kembali defisit pada Januari ini. Impor gas tercatat naik 79,6 persen jika dibandingkan Desember 2019. Tercatat impor gas mencapai 369,1 juta dolar AS.

Anjloknya defisit migas ini ditengarai karena impor elpiji yang membengkak pada Januari kemarin. Pengamat Energi dari Energi Watch, Mamit Setiawan menengarai penggunaan elpiji subsidi yang tak tepat sasaran salah satu penyumbang defisit migas.

Baca Juga

"Terkait dengan naiknya impor gas kita memang sudah kita prediksi dari awal karena saat ini kebutuhan akan gas kita terutama LPG mengalami kenaikan di dalam negeri. Kita tahu bahwa saat ini,untuk LPG terutama 3 kg terus loss," ujar Mamit kepada Republika.co.id, Senin (17/2).

Apalagi kata Mamit posisi kilang yang dimiliki Pertamina belum sepenuhnya bisa memproduksi elpiji yang menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hal ini membuat ketergantungan negara atas impor elpiji menjadi besar.

"Sedangkan untuk produksi dalam negeri kilang kita belum bisa secara signikfikan. Jadi wajar jika impor terus naik," ujar Mamit.

Ia pun menilai rencana pemerintah untuk menertibkan penyaluran elpiji bersubsidi perlu segera dilakukan. Hal ini selain membuat subsidi tepat sasaran juga bisa menolong kondisi neraca migas.

"Makanya rencana pemerintah untuk melakukan mekanisme subsidi tertutup merupakan salah satu solusinya," ujar Mamit.

Tak hanya gas saja, defisit neraca perdagangan migas anjlok juga karena turunnya ekspor minyak. Tercatat, ekspor minyak pada Januari turun 83,2 persen dibandingkan Desember 2019. Nilai ekspor minyak tercatat hanya sebesar 32,9 juta dolar AS.

Anjloknya ekspor minyak ini, kata Mamit terpengaruh harga minyak dunia yang tergerus pada Januari. Isu virus Corona menjadi salah satu faktor penggerus menurunnya ekspor minyak.

"Untuk minyak kita tahu bahwa sepanjang january harga minyak terus tergerus setelah virus corona merebak. Makanya cendrung jatuh neraca year on year," ujar Mamit.

Total impor minyak pada Januari kemarin tercatat sebesar 514 juta dolar AS. Jika dibandingkan Januari 2019 naik sebesar 12,78 persen. Sedangkan jika dibandingkan Desember 2019 turun sebanyak 26,5 persen.

Sedangkan nilai impor gas pada Januari sebesar 361,9 juta dolar AS. Secara year on year (yoy) naik sebesar 107,8 persen dan dengan Desember 2019 naik 79,6 persen. Kondisi ini membuat nilai total impor migas secara yoy naik 19,9 persen.

Sedangkan untuk eskpor minyak tercatat sebesar 32,9 juta dolar AS. Secara yoy turun 66,76 persen dan dibandingkan Desember 2019 turun sebesar 83,29 persen.

Untuk gas, ekspor tercatat sebesar 604,1 juta dolar AS atau turun sebesar 20,41 persen jika dibandingkan Desember 2019 dan turun sebesar 14,35 persen secara year on year.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement