REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Financial Fair Play (FFP) tengah jadi sorotan setelah UEFA menghukum Manchester City dari kompetisi Eropa selama dua musim. FFP dibuat UEFA pada 2010, lalu diuji selama tiga tahun dan kemudian resmi diterapkan pada musim 2013/14.
Lalu, apa pertimbangan UEFA buat aturan tersebut?
Dikutip dari laman resmi UEFA, Senin (17/2), berdasarkan pengamatan badan tertinggi sepak bola Eropa itu, paling tidak ada 655 klub Benua Biru itu yang mengalami kerugian pada tahun 2009 ke belakang. Hanya sebagian kecil dari mereka yang terhindar dari kerugian besar tiap tahunnya, berkat kekayaan dari pemilik klub-klub tersebut.
Paling tidak, 20 persen klub berada pada kondisi keuangan yang berbahaya. Bahkan setelah 2009 pun, beberapa klub besar masih mengalami kerugian. Chelsea mengumumkan kerugian sebesar 49,4 juta pound pada akhir Juni 2013. Pada tahun yang sama, Liverpool juga menderita kerugian 49, 8 juta pound, bahkan 10 bulan sebelumnya the Reds sudah rugi 40,5 juta pound.
Karena itulah, pengembangan, pengenalan, dan evolusi berkelanjutan dari Financial Fair Play tetap menjadi salah satu proyek UEFA yang paling ambisius, namun sukses. Dalam lima tahun pertama setelah diperkenalkan pada tahun 2009, kerugian klub dan hutang klub klub Eropa yang tertunggak telah menurun hingga kurang dari 20 persen dari level sebelum diberlakukannya peraturan tersebut.
BREAKING NEWS:
— All Things Football (@theoriginalatf1) February 14, 2020
Manchester City have been banned from European club competition in 2020/21 and 2021/22 after being found to have committed "serious breaches" of Uefa's club licensing and financial fair play regulations.
The Premier League champions have also been fined 30m euros pic.twitter.com/C5lw5TSJb5
Keuangan klub-klub Eropa pun telah meningkat di masing-masing liga, lima tahun sejak diperkenalkannya Financial Fair Play, dengan neraca klub yang menguat secara signifikan. Utang bersih terhadap pendapatan turun drastis dari 65 persen menjadi 35 persen. Fakta inilah yang kemudian dapat menjawab banyak kritik. yang menganggap proyek ini terlalu ambisius dan menantang untuk diimplementasikan.
''Persetujuan (aturan) ini adalah awal untuk perjalanan penting bagi keuangan klub sepak bola Eropa, dimana kami mulai meletakan stabilitas dan keuangan yang masuk akal ke dalam sepak bola,'' ucap mantan predisen UEFA Michel Platini, saat mengumumkan aturan FFP.