REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Polisi menangkap 12 anggota kelompok sayap kanan ekstrem Jerman pekan lalu. Dilansir di Guardian, Senin (17/2), juru bicara pemerintah Jerman mengatakan mereka diduga akan menyerang masjid-masjid yang ada di Jerman dengan brutal dan bersamaan.
Penyerangan itu direncanakan mirip seperti teror di Masjid Christchurch, Selandia Baru. Kepolisian Jerman telah melakukan investigasi terhadap 12 orang yang ditahan dalam penggerebekan polisi di seluruh Jerman pada Jumat (14/2).
Mereka terindikasi merencanakan serangan besar. Laporan media akhir pekan lalu juga menyebut kelompok itu bertujuan melancarkan beberapa serangan yang mengakibatkan jatuhnya korban massal secara simultan saat Muslim melakukan shalat berjamaah.
"Sangat mengejutkan apa yang telah diungkapkan di sini, bahwa ada sel-sel di sini yang tampaknya telah mengalami radikalisasi dalam waktu yang sangat singkat," kata juru bicara kementerian dalam negeri Bjorn Grunewalder kepada wartawan di sebuah konferensi pers di Berlin.
Juru bicara Angela Merkel, Steffen Seibert mengatakan adalah tugas negara dan tentu saja pemerintah untuk melindungi praktik agama yang bebas tanpa merujuk pada agama apa itu. "Siapa pun yang menjalankan agama mereka di Jerman dalam tatanan hukum kami harus dapat melakukannya tanpa terancam atau diancam," ujar dia.
Laporan media mengatakan kelompok itu berencana menggunakan senjata semi-otomatis untuk meniru serangan Maret lalu di Christchurch, Selandia Baru dimana 51 orang terbunuh di dua masjid. Tersangka pemimpin kelompok itu, yang diketahui oleh pihak berwenang dan yang rapat serta kegiatan obrolannya telah diobservasi, telah merinci rencananya pada pertemuan yang diselenggarakan dengan kaki tangannya pekan lalu.
Penyelidik mengetahui tentang hal itu dari seseorang yang menyusup ke dalam kelompok. Jaksa mengatakan mereka telah melakukan razia untuk menentukan apakah para tersangka sudah memiliki senjata atau persediaan lain yang dapat digunakan dalam serangan.
Pihak berwenang Jerman semakin mengalihkan perhatian mereka kepada kelompok ekstrem kanan bawah tanah negara itu sejak pembunuhan politikus lokal Walter Lubcke anggota konservatif Juni lalu, dan serangan Oktober terhadap sebuah sinagoge di kota Halle di timur. Der Spiegel melaporkan polisi mendaftarkan 53 orang yang termasuk dalam kelompok ekstrem kanan sebagai individu berbahaya yang dapat melakukan serangan kekerasan.