Selasa 18 Feb 2020 14:01 WIB

Serangan Milisi Buat Bandara Libya Tutup

Manajemen bandara mengatakan terjadi serangan ketika sebuah pesawat lepas landas

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Tentara Libya di Timur Benghazi. Penerbangan dari Bandara Mitiga di ibu kota Libya, Tripoli, dihentikan karena serangan pada Senin (17/2). Ilustrasi.
Foto: al arabiya
Tentara Libya di Timur Benghazi. Penerbangan dari Bandara Mitiga di ibu kota Libya, Tripoli, dihentikan karena serangan pada Senin (17/2). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Penerbangan dari Bandara Mitiga di ibu kota Libya, Tripoli, dihentikan karena serangan pada Senin (17/2). Manajemen bandara mengatakan terjadi serangan ketika sebuah pesawat lepas landas.

Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Anadolu Agency, Government of National Accord (GNA) menyebut serangan tersebut merupakan tanggung jawab milisi yang digerakkan oleh mantan jenderal Libya Khalifa Haftar. Pemerintahan yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa ini menyatakan Bandara Mitiga telah menjadi sasaran berulang kali oleh kelompok itu.

Baca Juga

Sebuah sumber militer menyatakan serangan itu bertujuan menyabotase perayaan menandai peringatan 9 tahun Revolusi 17 Februari Libya. Momen itu merupakan momen penggulingan mantan penguasa Muammar Gaddafi.

Pada saat serangan terjadi, ribuan orang menghadiri perayaan di Lapangan Martir di Tripoli. Kepala GNA Fayez al-Sarraj merilis pesan video dalam peringatan penggulingan Gaddafi.

Al-Sarraj mengatakan mereka adalah pendukung perdamaian yang berusaha untuk memastikan stabilitas di Libya. Dia telah melakukan segala upaya untuk mencapai kompromi agar kondisi Libya semakin membaik.

Sejak awal April, pasukan Haftar telah meluncurkan kampanye untuk menaklukkan Tripoli dari pasukan GNA. Bentrokan antara kedua pihak sejak itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas dan sekitar 5.500 lainnya terluka.

Libya tetap dilanda gejolak sejak 2011 ketika Gaddafi digulingkan dan tewas dalam pemberontakan yang didukung NATO setelah empat dekade berkuasa. Negara kaya minyak tersebut sejak saat itu memiliki dua kursi kekuasaan. Satu di Libya timur dengan afiliasi Haftar dan GNA yang berbasis di Tripoli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement