REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gugurnya Mayor Cpn Anumerta Bambang Saputra, menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Momen itu terasa dalam prosesi pemakaman empat dari 12 korban kecelakaan Helikopter MI 17 TNI AD, di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang, Selasa (18/2).
Prosesi pemakaman secara militer tersebut dipimpin Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Mochamad Effendi.
Istri almarhum Mayor Cpn Anumerta Bambang Saputra, Tri Handayani (42) mengenang, suaminya sosok yang selalu mengutamakan tugas, hingga gugur dalam musibah kecelakaan helikopter MI 17 HA 5138 TNI AD, di Pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Ibu dua anak ini mengungkapkan, masih ingat betul menjelang Lebaran tahun 2019 yang lalu ia sempat meminta kepada almarhum untuk mengajak liburan satu keluarga, sekaligus pulang kampung, di perbatasan Palembang dan Lampung.
Kebetulan memang sudah beberapa tahun terakhir, Tri handayani belum sempat pulang kampung. Untuk menengok sanak saudara dan berziarah ke makam orang tua. Sekaligus juga mengajak anak-anak liburan bersama.
Pertimbangan lainnya, tahun 2020 ini putri sulung mereka, Dea --yang kini duduk di bangku kelas XII di SMAN 9 Semarang -- akan mendaftar kuliah. Pun demikian putra bungsu mereka, Caesar yang saat ini sudah kelas VI di SDN Pudakpayung 01/02 juga akan mendaftar sekolah jenjang SMP.
“Sehingga sebagai orang tua, kami bisa lebih berkonsentrasi untuk mendaftar kuliah dan mendaftar sekolah anak- anak,” jelasnya.
Namun, jelas Tri Handayani, suaminya memilih untuk menunda acara liburan keluarga dan pulang kampung tersebut. Karena saat itu suaminya sudah menerima surat perintah untuk bertugas di Papua, kendati kapan keberangkatannya belum ditentukan.
Acara liburan dan pulang kampung tersebut akhirnya memang tidak jadi dilaksanakan. Bambang Saputra memilih menunaikan tugas dari kesatuannya terlebih dahulu.
“Sedianya pada Lebaran tahun ini, rencana liburan dan pulang kampung tersebut bakal dilaksanakan, namun Allah berkehendak lain, suami saya mengalami musibah terlebih dahulu,” lanjutnya.
Ia juga menceritakan, suaminya berangkat tugas ke Papua tepat sepekan setelah Lebaran tahun lalu. “Sampai akhirnya saya mendapatkan kabar awal pesawat MI 17 yang membawa suaminya hilang kontak di Papua,” tambahnya.
Mayor Cpn Anumerta Bambang Saputra flight engineer yang menjadi satu dari delapan korban kecelakaan Helikopter MI 17 HA 5138. Heli itu sebelumnya diterbangkan ke Semarang, Jawa Tengah dan Surabaya, Jawa Timur, dari Base Ops Lanud Silas Papare, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Ia dimakamkan secara militer di TMP Giri Tunggal bersama tiga rekannya Mayor Cpn Anumerta Aris Afik Novian, Kapten Cpn Anumerta Ahwar Affandi, dan Serma Anumerta Suriatna Wijaya Kusuma.
Prosesi pemakaman dipimpin oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi dan dihadiri Danpuspenerbad, Mayjen TNI Stephanus Tri Mulyono; Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel serta Wadan Puspenerbad, Brigjen TNI Eko Susatyo.
Dalam sambutannya, Pangdam IV/Diponegoro menyampaikan, para prajurit yang hari ini dimakamkan gugur sebagai kusuma bangsa di medan operasi dalam mengemban tugas negara. Sehingga mendapat kehormatan untuk dimakamkan di taman makam pahlawan.
Seluruh prajurit korban dalam kecelakaan Helikopter MI 17 milik TNI AD dalam tugas operasi ini, juga diberi kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi. “Semua sudah diberikan penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula,” jelasnya.
Pangdam mengajak kepada semua yang hadir di acara pemakaman untuk memaafkan semua kesalahan almarhum semasa hidupnya. “Juga kita semua ikut mendoakan, kepada keluarga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan dan kesabaran,” tambah Mochamad Effendi.