REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zat radioaktif jenis Cesium 137 (Cs 137) yang terdeteksi di lingkungan Perumahan Batan Indah Serpong Tangerang Selatan biasa digunakan sebagai kebutuhan industri dan juga obat terapi kanker.
Praktisi kesehatan yang juga dokter spesialis kedokteran nuklir dari RS MRCCC Siloam Semanggi Jakarta dr Ryan Yudistiro Sp.KN M.Kes saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan Cesium 137 biasa digunakan sebagai radio terapi pada pasien kanker prostat. Namun hingga saat ini belum pernah digunakan di Indonesia.
"Di Indonesia belum ada yang pakai. Kebanyakan dipakainya buat industri," kata Ryan.
Ia menyebut Cesium 137 sering digunakan sebagai radio terapi pada pasien kanker di negara China. Adapun Industri biasa memakai zat radioaktif ini untuk mengukur ketebalan bahan material yang diproduksi seperti kertas, ketebalan dan densitas pada plat baja. Selain itu dipakai untuk mengukur ketinggian kaleng pada pabrik air minum dalam kemasan kaleng dan sebagainya.
Cesium 137 juga merupakan salah satu produk sampingan dari proses fisi nuklir di reaktor nuklir dan untuk pengujian senjata nuklir.
Ryan menerangkan bahwa Cesium 137 memiliki waktu paruh selama 30 tahun. Waktu paruh adalah lamanya energi radiasi meluruh atau turun dari energi pertama ke energi separuhnya.
"Waktu paruhnya cesium itu lama, 30 tahun. Jadi yang ditemukan di perumahan Batan Serpong itu kita ngga tahu kapan mulai terkontaminasi, bisa saja kejadiannya 30 tahun lalu atau kapan kita nggak ngerti," kata dia.
Ryan menjabarkan Cesium 137 juga memiliki pancaran sinar radiasi yang lebih pendek dibandingkan zat radioaktif lain misalnya Iodium 131. Proses paparan Cesium 137 melalui medium entah itu cairan, air, tanah, dan juga bisa melalui udara lewat pancaran sinar radiasi.
Paparan radiasi zat radioaktif Cesium 137 (Cs-137) ditemukan di lingkungan area tanah kosong di samping lapangan voli Blok J Perumahan Batan Indah Serpong Tangerang Selatan Banten.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) saat ini tengah melakukan investigasi dengan mendata pemilik bahan radioaktif Cesium 137 di Indonesia untuk menemukan pelaku pembuangan limbah Cs-137 tersebut di pemukiman warga.