Rabu 19 Feb 2020 03:42 WIB

Turki Siapkan Militer di Suriah Barat Laut

Turki akan mengambil langkah jika Suriah tidak mundur.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Dwi Murdaningsih
Pejalan kaki melintasi gedung yang hancui akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).
Foto: Ghaith Alsyayad/AP
Pejalan kaki melintasi gedung yang hancui akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki telah mempersiapkan militer yang diperlukan di Suriah barat laut. Turki juga menyampaikan kepada sekutunya Rusia bahwa mereka bertekad untuk mendorong rezim Suriah di bawah Bashar al-Assad ke perbatasan sebelumnya.

Juru Bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AK), Omer Celik, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (18/2), mengatakan Turki menyelesaikan persiapan militer yang diperlukan di Suriah. Turki akan mengambil langkah yang diperlukan jika rezim Suriah tidak mundur ke garis batas sebelumnya yang ditetapkan oleh perjanjian de-eskalasi.

Baca Juga

Celik menggarisbawahi bahwa Rusia, sekutu rezim Suriah, diberitahu tentang sikap Turki di wilayah tersebut. Dengan 148 ribu orang mengungsi di kota Idlib dalam enam hari terakhir, jumlah orang terlantar di Idlib dan daerah-daerah tetangga sejak Januari 2019 telah mencapai hampir 2 juta.

Kebanyakan dari mereka berlindung di daerah-daerah dekat dengan perbatasan Turki, yang telah menampung lebih dari 3,6 juta pengungsi Suriah. Puluhan ribu orang, termasuk perempuan dan anak-anak, membutuhkan bantuan kemanusiaan karena kamp-kamp yang mereka huni tidak memiliki fasilitas dasar. Mereka menghadapi kesulitan besar memenuhi kebutuhan makanan dan perawatan kesehatan mereka.

Pasukan rezim yang didukung oleh sekutu Iran dan Rusia telah berusaha untuk menangkap pedesaan Aleppo dan bagian-bagian provinsi tetangga Idlib, kubu pasukan oposisi di negara yang dilanda perang.

Selain krisis pengungsi, kemajuan mereka juga memengaruhi kerja sama antara Rusia dan Turki, yang mengirim pasukannya ke Idlib sebagai bagian dari Astana 2017 dan perjanjian Sochi 2018 yang berupaya melonggarkan eskalasi.

Tetapi pasukan rezim, sekutu-sekutunya, dan milisi yang loyal terhadapnya terus melanggar gencatan senjata. Sejauh bulan ini, tembakan artileri oleh pasukan rezim telah membunuh 12 personel militer Turki dan satu kontraktor sipil.

Sementara Turki dan Rusia melanjutkan negosiasi mereka tentang Idlib, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pekan lalu mengatakan militer Turki akan mengusir pasukan Suriah jika mereka tidak mundur dari wilayah barat laut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement