REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), diklaim layak menggantikan kepemimpinan sang ayah. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menilai, dari kedua putra SBY tersebut, nama putra pertama, AHY paling menonjol untuk menggantikan sang ayah memimpin partai berlambang bintang mercy.
Meskipun, putra kedua SBY, Ibas juga memiliki peluang untuk mengisi posisi ketua umum partai. Syarief Hasan mengatakan, proses regenerasi penting di tubuh Partai Demokrat. Terlebih, banyak kader Demokrat yang masih muda. "Tapi, yang paling menonjol memang saat ini AHY," kata Syarief di Kompleks Parlemen RI, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2).
Syarief menilai, popularitas AHY muncul secara alamiah. Ia dikenal masyarakat karena pernah berkontestasi sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Meskipun harus kalah dalam kontestasi, pengalaman itu dinilai Syarief tak membuat AHY berkecil hati. Justru, hal itu membuat AHY makin dikenal publik. Terkait restu SBY, Syarief enggan berspekulasi.
Menurut dia, AHY lebih memerlukan suara dari daerah bila memang maju dalam kontestasi calon ketua umum Demokrat. "Kalau mayoritas memilih, tentu Pak SBY akan dengan ikhlas memberikan kepemimpinan itu kepada yang lebih muda," ujar dia.
Meski AHY menonjol, menurut Syarief, bukan berarti menutup kesempatan kader muda Demokrat lainnya untuk menjadi orang nomor satu di Demokrat. Ia menilai, adik AHY, Ibas, termasuk salah satu kader yang mumpuni dan berpeluang untuk memimpin demokrat.
"Oh iya bisa dong, bisa, sangat bisa. Mas Ibas itu termasuk kader muda Demokrat yang sangat berpotensi," ujar Syarief. Ibas telah menjadi anggota DPR RI di periode sebelumnya dan kembali terpilih di periode 2019-2024.
Ibas bahkan menjadi ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI di periode ini. Meski begitu, Syarief Hasan menyerahkan mekanisme pemilihan ketua umum kepada pemilik suara. Rencananya, pemilihan ketua umum akan digelar dalam kongres Partai Demokrat pada Mei mendatang.
"Rencana sih kalau menurut jadwal semula itu bulan Mei. Bergantung DPC, DPD, kalau ada usulan begitu (dipercepat) dan memenuhi syarat sesuai dengan AD/ART partai, ya kita pikirkan," ujarnya. Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, menilai, Partai Demokrat akan makin terasa oligarkis dan feodalismenya, jika AHY atau Ibas terpilih menjadi ketua umum. Apalagi, jika pemilihannya tak melewati mekanisme pemungutan suara.
"Partai politik belakangan tren makin tidak demokratis, makin oligarkis, kekuasaan yang bertumpu atau berpusat pada satu atau beberapa orang saja yang mengendalikan dan mengatur parpol," ujar Pangi.
Hal serupa juga terjadi partai lainnya, seperti PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Nasdem. Menurut dia, kalaupun berganti ketua umum, posisi tersebut akan diserahkan kepada sosok yang memiliki garis keturunan. "Kalaupun berganti tidak jauh-jauh jatuh dari trah keluarga mereka, tidak heran kita sering sebut partai keluarga," ujar Pangi.
Namun, Pangi menilai, terlepas dari politik oligarkis ini, AHY memang berpeluang besar segera menggantikan posisi ayahnya sebagai ketua umum Demokrat. Sejumlah hal juga dinilai telah dilakukan SBY untuk mempersiapkan AHY menduduki posisi tersebut. “Tampaknya SBY akan mewariskan partai Demokrat ke AHY yang di-branding di panggung depan," ujarnya. N arif satrio nugroho/nawir arsyad akbar, ed: agus raharjo