Rabu 19 Feb 2020 10:58 WIB

Pemprov Jabar Mulai Pantau Pergerakan Harga Gula Pasir

Tidak menutup kemungkinan akan digelar operasi pasar jika gula pasir terus melonjak.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Gula pasir.
Foto: dok. Republika
Gula pasir.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meninjau langsung pelaksanaan operasi pasar di Pasar Astanaanyar, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, pada Selasa (18/2). Saat meninjau operasi pasar bawang putih di Pasar Astanaanyar, pria yang akrab disapa Emil tersebut, memantau harga dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) lainnya.

Dari pantauan tersebut, kepokmas seperti beras, daging ayam dan sapi, hingga cabai rata-rata dijual dengan harga normal. "Selain yang utama bawang putih, kita memantau ke dalam (pasar) rata-rata harga kepokmas normal, beras saya cek normal, daging ayam, daging sapi, masih 110 ribu per kilogram," ujar Emil.

Baca Juga

Menurut Emil, yang perlu diwaspadai, adalah harga gula pasir. Ia, sempat menemui pedagang yang menjual gula pasir dengan harga 14-15 ribu/kg sementara harga normal gula pasir adalah Rp 12.500/kg.

Oleh karena itu, menurut Emil, pihaknya akan terus memantau pergerakan harga gula pasir. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan digelar operasi pasar jika harga gula pasir terus melonjak.

"Mudah-mudahan dengan pola yang sama kita bisa stabilkan harga sembako di pasar, jangan sampai terjadi inflasi karena akan berdampak pada kebutuhan lainnya," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Mohamad Arifin Soedjayana, mengatakan memang sejak beberapa hari lalu gula pasir mengalami kenaikan dari harga normalnya Rp 12.500 per Kg.

Sedangkan untuk mengantisipasi kelangkaan gula kristal rafinasi di Jawa Barat, menurut Arifin, pihaknya segera berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota.

Namun, kata dia, secara keseluruhan di Jawa Barat, persediaan gula kristal rafinasi masih normal. Walaupun, saat ini memang beredar kabar mengenai penipisan persediaan gula tersebut terutama untuk industri. Oleh karena itu, pihaknya segera berkoordinasi dengan dinas di kabupaten dan kota.

"Kalau data sampai dengan saat ini, belum ada laporan dari kabupaten dan kota, khususnya Garut dan Sukabumi (sebagai daerah pembuat makanan olahan berbahan baku gula)," katanya.

Penipisan persediaan gula rafinasi ini, kata dia, bisa saja sama dengan fenomena bawang putih yang saat ini mengalami kendala dalam hal distribusi atau impornya. Sama seperti bawang putih, gula kristal rafinasi bahan bakunya masih diimpor.

"Mungkin sama ya seperti bawang putih, yang sedikit terlambat dari sisi impornya. Tapi untuk akuratnya, saya coba koordinasi dulu ke kabupaten dan kota," katanya.

Sementara menurut pedang Sembako di Pasar Kosambi, Kios Doa Ibu, Jaka, selain bawang putih harga sembako yang lain pun banyak yang naik. Yakni, bawang bombay harganya naik menjadi Rp 45 ribu. Padahal, sebelumnya harganya Rp 15 sampai Rp 18 ribu.

"Bawang bombay naik 100 persen lebih. Ini, barengan sama bawang putih," katanya.

Sembako yang harganya naik yang lainnya, kata dia, adalah gula putih awalnya sebesar Rp 11 ribu sekarang Rp 13.500 bahkan hingga Rp 14.000. Minyak goreng, biasanya Rp 20 ribu sekarang Rp 25 ribu per 2 Kg. Tepung terigu, harga per Kg nya naik dari Rp 7 ribu menjadi Rp 8 ribu.

"Masyarakat banyak yang ngeluh dengan kondisi ini," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement