REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Grand Syekh Al Azhar Mesir, Prof Ahmed Thayyib meminta kepada para alumni Al Azhar di Indonesia untuk mensosialisasikan hasil Konferensi Internasional tentang Pembaharuan Pemikiran Islam yang telah diselenggarakan pada 27-28 Februari 2020 lalu. Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Muchlis Hanafi.
Berdasarkan arahan Grand Syekh Al Azhar itu, menurut Muchlis, OIAA Cabang Indonesia pun mengagagas acara seminar tentang pembaharuan pemikiran Islam. Seminar ini terselenggara atas kerjasama OIAA Cabang Indonesia, IIQ, dan Pusat Studi Al-Quran (PSQ).
"Sesuai arahan dari beliau (Prof Ahmed Thayyib) agar cabang-cabang organisasi ini mensosialisasikan konferensi tersebut, maka Alumni Al Azhar Indonesia mengagas acara hari ini," ujar Muchlis saat sambutan dalam seminar tentang Pembaharuan Pemikiran Islam di Aula Intitut Ilmu Alquran (IIQ), Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (19/2).
Acara seminar tersebut dihadiri para alumni Al Azhar di Indonesia, seperti pendiri OIAA Cabang Indonesia Prof. Quraish Shihab, Rektor IIQ Prof. Huzaema T. Yanggo, dan Ketua Umum OIAA Cabang Indonesia TGB M Zainul Majdi. Selain itu, kajian ini juga menghadirkan pembicara mantan rektor UIN Jakarta Prof Azyumardi Azra dan Wakil Ketua Bahtsul Masail PBNU, KH Abdul Moqsith Ghazali.
Sebagai Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ), Muchlis Hanafi dalam sambutannya mengatakan, tema pembaharuan pemikiran Islam tersebut sebenarnya sudah sering diperbincangkan sejak abad 3-4 abad lalu. Beberapa ormas Islam Indonesia sendiri, menurut dia, sudah melakukan pembaharuan pemikiran Islam sejak 100 tahun lalu.
"Jadi apa yang dilakukan Al Azhar itu adalah kelanjutan dari sebuah gagasan yang dikumandangkan sejak 3-4 abad yang lalu," kata Muchlis.
Seperti diketahui, Univeristas Al Azhar telah menyelenggarakan Konferensi Internasional tentang Pembaruan Pemikiran Islam pada 27-28 Januari 2020 lalu di Kairo, Mesir. Ada 29 rumusan yang dibacakan pemimpin tertinggi al-Azhar, Grand Syekh Prof Ahmed Thayyib pada penutupan konferensi.
Konferensi tersebut dihadiri ulama, pemimpin, dan cendekiawan Muslim dari 41 negara. Hadir dari Indonesia, Prof Quraish Shihab, Prof Din Syamsuddin, TGB Muhammad Zainul Majdi, dan Muchlis M Hanafi. Konferensi dilatarbelakangi kebutuhan untuk menghadirkan pandangan-pandangan Islam yang moderat di tengah berbagai permasalahan yang muncul akhir-akhir ini.
"Pandangan tersebut sangat diperlukan untuk menunjukkan bahwa ajaran Islam sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat,” ujar Muchlis yang juga menjabat sebagai Kepala LPMQ Kemenag, Jumat (31/1) lalu.