REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menyerahkan pengusutan kasus kerusuhan antaroknum suporter Persebaya dan Arema di Blitar, Selasa (18/2) ke Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
"Aparat keamanan yang akan mengurusnya. Itu menjadi wilayah mereka," ujar Wakil Ketua Umum PSSI Cucu Somantri di Jakarta, Rabu (19/2).
Cucu melanjutkan, pihaknya sangat prihatin dengan kejadian yang melukai dua orang tersebut. PSSI, kata dia, akan mengevaluasi peristiwa itu dan mengimbau kepada para suporter untuk menjaga sikap. Sebab, bukan hanya para pendukung yang dirugikan karena kericuhan itu.
"Boleh fanatik kepada klub kebanggaan, tetapi bukan berarti melakukan hal-hal yang malah membuat citra klub itu menjadi negatif," tutur Cucu.
Cucu berjanji akan mengevaluasi kejadian tersebut. PSSI melalui Divisi Pembinaan Suporter akan terus menjalin komunikasi dengan para pendukung klub.
"Hambatan psikologis harus kita buka. Kalau komunikasi lebih intens, kami akan mengetahui kemauan dan menjaga hubungan dengan suporter. Semoga ke depan akan lebih tertib," tutur dia.
Kerusuhan terjadi di Blitar saat Persebaya menghadapi Arema dalam laga semifinal turnamen pramusim Piala Gubernur Jatim 2020 di Stadion Gelora Soeprijadi, Blitar, pada Selasa (18/2).
Laga yang berakhir dengan skor 4-2 untuk kemenangan Persebaya itu sejatinya berlangsung tanpa penonton. Namun, oknum suporter kedua klub terlibat bentrok di luar stadion.
Akibat kejadian itu, dua suporter mengalami luka-luka dan empat sepeda motor rusak. Polisi terus menyelidiki kasus tersebut.
Babak final Piala Gubernur Jatim 2020 mempertemukan Persebaya versus Persija pada Kamis (20/02). Laga itu berlangsung di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur.