REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- PT Jasa Marga mengimbau pengendara tol Cipularang yang hendak menuju Lembang, Kabupaten Bandung Barat saat akhir pekan dapat melintasi jalur alternatif melalui Subang. Langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi adanya longsor susulan yang berada di samping kanan dan kiri tol Km 118.
"Dari korlantas (Polri) untuk weekend, untuk yang pergi ke Lembang diarahkan melalui Subang atau jalan Cagak," ujar Humas PT Jasa Marga, Nandang Elan saat dihubungi, Kamis (20/2).
Usai korlantas Polri meninjau lokasi longsor di Km 118, menurutnya kedepan akan dilakukan rencana tentang pembatasan beban kendaraan di jalur tersebut. Hal itu merespon rekomendasi Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG).
"Tadi ada korlantas kesini, rencana ada rekayasa untuk mengurangi beban disini (Km 118) dijalan. Rekayasanya bisa contra flow bila diperlukan. (Rencananya), arahan dari kepolisian kapan," katanya.
Terkait dengan longsor susulan yang terjadi, Rabu (19/2) siang, ia mengungkapkan jika retakan tanah terjadi di sebelah kanan jalan tol atau disamping jalur tol arah Jakarta. Namun, longsoran jauh dari dari tol dan mengarah ke wilayah persawahan.
Nandang mengatakan, sejauh ini jalur tersebut masih aman dan dapat digunakan oleh semua golongan kendaraan. Namun, jika terdapat hal-hal yang membahayakan pengendara maka selanjutnya akan disampaikan pemberitahuan imbauan selanjutnya.
"Bahu jalan (km 118) ditutup karena banyak kendaraan disimpan," katanya.
Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar PT Jasa Marga melakukan pengurangan atau pembatasan beban kendaraan di Km 118+600B Tol Cipularang. Sebab, dilokasi tersebut atau di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat telah terjadi longsor.
Ketua tim pergerakan tanah PVMBG, Anjar Hariwaseso mengatakan gerakan tanah terjadi di lereng badan jalan tol Cipularang yang terjadi pada Selasa (11/2) lalu. Menurutnya, berdasarkan kajian kondisi longsor tersebut mengancam badan jalan pada tol Cipularang.
"Selama dilakukan penanganan mitigasi struktural penahan lereng perlu dilakukan
pembatasan beban kendaraan di jalan tol," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima, Selasa (17/2).
Ia mengatakan, longsor atau gerakan tanah disebabkan sistem drainase yang tidak berfungsi karena tersumbat, kondisi lahan disekitar yang merupakan lahan basah. Katanya, gerakan tanah terjadi diantaranya karena kelerengan yang curam dan banyak tekuk lereng merupakan jalur air serta tanah pelapukan yang tebal.
Menurutnya, peristiwa longsor pada 2019 dibagian Utara jalan Tol menyebabkan saluran tersumbat sehingga menimbulkan terjadinya genangan air. Katanya,
rembesan genangan air yang mengakibatkan meningkatnya muka air tanah dan tekanan pori. Sehingga tahanan lereng menjadi lemah.
"Hal ini membuat kondisi tanah dan batuan menjadi jenuh air yang menyebabkan bobot masanya bertambah dan kuat gesernya menurun, tanah tidak stabil dan mudah bergerak," ungkapnya.
Ia menambahkan, material longsor yaitu tanah dan lumpur mengakibatkan 2 rumah rusak, 3 hektar sawah rusak dan penduduk di bagian bawah terdiri 80 kepala keluarga (KK).