REPUBLIKA.CO.ID, HANAU -- Setidaknya delapan orang terbunuh dalam dua insiden penembakan di kota Hanau, Jerman, Rabu (19/2) waktu setempat. Motif penembakan hingga kini masih diselidiki.
Satuan khusus kepolisian setempat mengejar pelaku yang tidak diketahui jumlahnya. Mereka melarikan diri dari lokasi serangan di kota berpenduduk 90 ribu orang di timur Frankfurt itu.
Polisi bersenjata kemudian menutup dua jalan di kota Hanau. Sirine ambulans mengaung di wilayah kota itu, sementara helikopter polisi juga mengintai di atas kota.
Radio publik Hessischer Rundfunk sebelumnya melaporkan bahwa tembakan pertama dilakukan di sebuah bar shisha di pusat kota. Saksi mata mengatakan mereka telah mendengar delapan atau sembilan tembakan.
Laporan itu juga mengatakan bahwa para pelaku kemudian pergi ke lingkungan barat Kesselstadt sebelum mereka mulai menembak kembali di bar shisha lain. Laporan tidak mengkonfirmasi bahwa ada tembakan ketiga di lingkungan utara Lamboy. Namun, pasukan polisi berada di daerah itu. Menurut juru bicara kantor kejaksaan, tidak ada korban di daerah tersebut.
Wali kota Hanau, Laus Kaminsky mengatakan, insiden itu adalah malam yang sangat sulit dibayangkan. "Ini adalah malam yang mengerikan, yang pasti akan terekam pada memori kami untuk waktu yang sangat lama, ini menyedihkan," ujarnya dikutip Aljazirah, Kamis (20/2).
Kaminsky tidak memberikan rincian mengenai para korban, dan apa motif penembakan. Hingga kini polisi masih menggali motif penembakan pelaku.
Jerman mengalami beberapa serangan kekerasan dalam beberapa tahun terkahir. Salah satunya penembakan yang menewaskan 12 orang di jantung ibu kotanya, Berlin pada Desember 2016.
Serangan sayap kanan telah menjadi perhatian khusus bagi otoritas Jerman. Pada Oktober, serangan senjata anti-Yahudi terjadi di kota Halle pada hari suci Yom Kippur. Insiden itu menggarisbawahi meningkatnya ancaman kekerasan neo-Nazi.
Politisi konservatif Walter Luebcke yang merupakan seorang penganjur kebijakan pengungsi liberal, ditembak mati tahun lalu. Pada Jumat lalu, polisi menangkap 12 anggota kelompok sayap kanan Jerman yang diyakini merencanakan serangan "mengejutkan" skala besar terhadap masjid-masjid yang serupa dengan yang dilakukan di Selandia Baru tahun lalu.