Kamis 20 Feb 2020 16:59 WIB

Nilai Tambah Industri Pengolahan Plastik Rp 10 Triliun

Populasi industri pengolahan plastik di Indonesia mencapai 1.300 industri.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
 Sejumlah pekerja menata karung berisi polypropylene (bahan dasar pembuat plastik) di pabrik di Kawasan Industri Cilegon, Banten. Nilai tambah yang diciptakan industri pengolahan plastik di Indonesia Rp 10 triliun per tahun dan realisasi ekspor sebesar Rp 141 juta dolar AS.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Sejumlah pekerja menata karung berisi polypropylene (bahan dasar pembuat plastik) di pabrik di Kawasan Industri Cilegon, Banten. Nilai tambah yang diciptakan industri pengolahan plastik di Indonesia Rp 10 triliun per tahun dan realisasi ekspor sebesar Rp 141 juta dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Inndustri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengatakan Indonesia sudah mengandalkan ekonomi sirkular untuk mengatasi persoalan sampah. Dia menuturkan industri pengolahan daur ulang bahkan sudah mendapatkan nilai tambah.

"Nilai tambah yang diciptakan industri pengolahan plastik di sini Rp 10 triliun per tahun dan realisasi ekspor sebesar Rp 141 juta dolar AS," kata Khayam saat menghadiri forum SCG Sustainable Development Symposium Indonesia 2020 di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Kamis (20/2).

Dia menjelaskan saat ini populasi industri pengolahan plastik di Indonesia sekitar 600 industri besar dan 700 industri kecil. Dari total induistri tersebut menurut Khayam memiliki nilai investasi sebesar Rp 7,15 triliun.

Khayam menambahkan, produksi yang dilakukan para industri pengolahan plastik juga terbilang baik. "Sekarang kemampuan produksinya bisa mencapai 2,3 juta ton pertahun," ujar Khayam.

Dia menambahkan, saat ini sebanyak 913 ribu ton sampah plastik, 3,2 juta sampah tetap, 49 ribu ton sampah tekstil, dan satu juta ton sampah logam diolah setiap tahunnya. Semua sampah tersebut diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah.

"Industri daur ulang sampah plastik menjadi banyak sorotan. Mengolah sisa kemasan menjadi produk bernilai tambah," tutur Khayam.

Dia menilai konsep ekonomi sirkular menjadi salah satu respons untuk pembangunan berkelanjutan dalam konteks besar tekanan produksi terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Khayam yakin konsep ekonomi sirkular dapat mengatasi masalah pengelolaan sampah nasional dapat diatasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement