REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Inndustri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengatakan Indonesia sudah mengandalkan ekonomi sirkular untuk mengatasi persoalan sampah. Dia menuturkan industri pengolahan daur ulang bahkan sudah mendapatkan nilai tambah.
"Nilai tambah yang diciptakan industri pengolahan plastik di sini Rp 10 triliun per tahun dan realisasi ekspor sebesar Rp 141 juta dolar AS," kata Khayam saat menghadiri forum SCG Sustainable Development Symposium Indonesia 2020 di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Kamis (20/2).
Dia menjelaskan saat ini populasi industri pengolahan plastik di Indonesia sekitar 600 industri besar dan 700 industri kecil. Dari total induistri tersebut menurut Khayam memiliki nilai investasi sebesar Rp 7,15 triliun.
Khayam menambahkan, produksi yang dilakukan para industri pengolahan plastik juga terbilang baik. "Sekarang kemampuan produksinya bisa mencapai 2,3 juta ton pertahun," ujar Khayam.
Dia menambahkan, saat ini sebanyak 913 ribu ton sampah plastik, 3,2 juta sampah tetap, 49 ribu ton sampah tekstil, dan satu juta ton sampah logam diolah setiap tahunnya. Semua sampah tersebut diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah.
"Industri daur ulang sampah plastik menjadi banyak sorotan. Mengolah sisa kemasan menjadi produk bernilai tambah," tutur Khayam.
Dia menilai konsep ekonomi sirkular menjadi salah satu respons untuk pembangunan berkelanjutan dalam konteks besar tekanan produksi terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Khayam yakin konsep ekonomi sirkular dapat mengatasi masalah pengelolaan sampah nasional dapat diatasi.