REPUBLIKA.CO.ID, TURKI -- Karya kaligrafi Syekh Hamdullah pun menjadi salah satu harta berharga di Istana Topkapi. Menurut catatan sejarah, ia berhasil menciptakan karya-karya kaligrafinya yang sangat fenomenal pada 1485, setelah empat bulan melakukan pengasingan mistik.
Dengan keberhasilannya melahirkan kaligrafi yang berkualitas, Syekh Hamdullah kemudian dipromosikan menjadi pendiri spiritual kaligrafi Turki. Dalam perkembangannya, ia lebih banyak menggali gaya baru kaligrafi, aklâm-i sitte.
Lambat laun, gaya yakut yang sebelumnya ia kembangkan mulai ditinggalkan. Menurut Profesor Ugur Derman yang dikutip laman Muslimheritage, kejeniusan Syekh Hamdullah dalam kaligrafi terlihat pada elemen yang indah dan bentuk pengulangan dalam karyanya.
Bermula dari masa keemasan Syekh Hamdullah, kaligrafi yang berkembang di masa Turki Usmani, terus bertahan selama hampir 500 tahun dan mencapai titik perkembangan dan kejayaan tertinggi pada abad ke-19 dan ke-20.
Seiring dengan perkembangan waktu pula, kekhasan kaligrafi Turki kian mengental. Selain gaya yang pernah dikembangkan Syekh Hamdullah, muncul pula kaligrafi bergaya jeli, yang memiliki bentuk monumental dan biasanya diproduksi dalam skala besar.
Gaya kaligrafi ini juga banyak digunakan untuk panel dekoratif prasasti pada bangunan keagamaan, serta arsitektur bangunan-bangunan publik. Kaligrafi jeli tersebut juga diterapkan pada buku-buku, seperti mushaf.
Di kemudian hari, gaya itu dikombinasikan dengan bentuk-bentuk geometri dan bentuk alam. Secara umum, perkembangan kaligrafi sebagai seni dekoratif disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain, Alquran yang memberikan inspirasi.
Biasanya, para pakar kaligrafi menuliskan ayat-ayat Alquran sebagai hiasan sekaligus simbol keagamaan di masjid-masjid. Tujuannya dari penulisan kaligrafi sendiri bukan hanya sekadar untuk menciptakan dekorasi yang indah.
Namun, kaligrafi juga bertujuan mengingatkan umat manusia untuk setia dan menjalankan ayat-ayat Alquran sebagai petunjuk hidup mereka. Bahkan, di dunia Islam ada sejumlah ayat yang paling sering ditulis dalam bentuk kaligrafi.
Faktor lain berkembangnya kaligrafi adalah keberadaan bahasa Arab yang dianggap penting dalam Islam. Bahasa Arab digunakan dalam doa dan ritual ibadah. Bahkan, dalam budaya Arab berkembang pula keyakinan bahwa ayat-ayat Alquran dapat digunakan sebagai perlindungan.
Maka, tak heran jika ada kaligrafi yang berisi ayat Alquran sering digunakan sebagai perhiasan yang dipakai atau digantung di dinding, agar bisa terhindar dari kejahatan. Ada pula keyakinan sebuah tempat yang dihiasi kaligrafi ayat Aqluran terlindung dari bahaya.
Selain kekhasan gaya yang berkembang di wilayah Turki Usmani, ada dua gaya kaligrafi yang secara umum berkembang di dunia Islam, yaitu kufi dan naskhi. Gaya kufi berasal dari Kufah, merupakan sebuah kota yang dikenal dengan banyaknya penulis transkripsi Alquran.
Gaya kufi biasanya memiliki bentuk huruf berbentuk panjang sehingga cocok untuk hiasan arsitektur. Sedangkan naskhi, merupakan gaya kaligrafi yang lebih tua dibandingkan kufi. Gaya kaligrafi ini lebih banyak dikembangkan di dunia Islam.