REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA LIPI) di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mengalengkan lebih 100 jenis masakan tradisional, mulai dari gudeg hingga pindang patin. Keberhasilan itu menjadikan BPTBA sebagai Pusat Unggulan Iptek pengemasan makanan tradisional olahan.
“Total yang sudah dikalengkan, baik yang tahap prariset sampai riset, bahkan (izin edar BPOM) MD, lebih dari 100 jenis makanan tradisional Indonesia," kata Kepala BPTBA LIPI Satriyo Krido Wahono saat menjelaskan capaian Pusat Unggulan Iptek Teknologi Pengemasan Makanan Tradisional kepada Antara di Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis.
Menurut Satriyo, sudah ada 10 izin edar BPOM MD yang keluar untuk produk masakan tradisional yang menggunakan teknologi pengalengan LIPI. Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang telah memasuki skala komersial ada dua merek gudeg, krecek, empal gentong.
Satriyo mengatakan, UKM yang telah mengadopsi teknologi pengalengan makanan tradisional tersebut adalah UKM Payakumbuh yang memproduksi rendang, gudeg di Yogyakarta dan empal gentong di Cirebon. Ia menyebut, rendang kalengan tengah menjadi tren di Sumatra Barat mengingat ada kebutuhan dari calon jamaah haji dan umrah.
“Kalau tidak salah, Presiden Joko Widodo punya target salah satunya teknologi pengemasan makanan yang tahan lebih dari enam bulan. Di sini sudah terjawab ya, sudah ada yang lebih dari satu tahun dan segmennya juga makanan tradisional. Jadi sesuai harapan Presiden,” ujar dia.
Sementara itu, Peneliti Teknik Proses BPTBA LIPI Asep Nurhikmat mengatakan, ada sekitar 1.430 suku bangsa di Indonesia dengan beragam makanan tradisionalnya. Sekalipun ada masakan yang mirip, namun tetap berbeda rasanya.
Asep pun menilai, pengembangan teknologi pengalengan masakan tradisional Indonesia menjanjikan. Meski kekayaan rasa tersebut menjadi tantangan riset, seperti halnya gudeg yang menurut dia, menjadi makanan yang paling sulit dikemas dengan teknologi tersebut.