Jumat 21 Feb 2020 01:00 WIB

Ustaz Tanjung Ungkap Cara Merawat Kesalehan

Dimensi sosial islam merupakan buah dari kesalehan ritual dan spiritual.

Kesalehan/ilustrasi
Foto: blogspot.com
Kesalehan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Hasan Basri Tanjung

Sungguh, Islam agama sempurna yang diturunkan kepada umat manusia melalui perantara Nabi Muhammad SAW. (QS 5:3). Kehadirannya pun membawa rahmat (kasih dan damai) bagi kehidupan alam semesta. (QS 21:107).

Artinya, Islam telah sempurna sebagai pedoman hidup yang senantiasa relevan pada setiap zaman dan tempat (shahih li kulli zamaan wa makaan). Juga, Islam adalah satu-satunya agama yang komprehensif (asy-Syumul), yakni mengatur semua aspek kehidupan. Ia tidak hanya memberi tuntunan ritual, hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga memberi bimbingan dalam hubungan antarmanusia, bahkan hubungan manusia dengan lingkungannya. Demikian Prof Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al- Quran Jilid 2.

Beranjak dari karakteristik tersebut, ruang lingkup ajaran Islam dibingkai menjadi tiga aspek, yakni; Pertama, hubungan yang harmonis antara manusia dan Allah SWT (ibadah mahdah) yang melahirkan kesalehan ritual (hablum minallah). Inilah pohon keislaman yang berwujud pada kepatuhan menjalankan ibadah mahdah (wajib dan sunah), seperti shalat, puasa, haji, dan umrah. Manakala pengamalan ibadah ritual diresapi hakikatnya sehingga mendatangkan kenikmatan dan merasa dekat kepada Allah, maka seseorang telah menggapai kesalehan spiritual. (HR Bukhari- Muslim).

Kedua, hubungan yang harmonis dengan sesama manusia (ibadah ghairu mahdhah) yang melahirkan kesalehan sosial (hablum minan naas). Dimensi sosial islam merupakan buah dari kesalehan ritual dan spiritual. Artinya, jika seseorang beribadah dengan baik, buahnya adalah harmoni sosial. Kesempurnaan pribadi Muslim terletak pada akhlak yang baik. (HR at-Turmudzi). Sebab itulah, esensi kebajikan mesti tampak pada kepedulian sosial. (QS 2:177).

Ketiga, hubungan yang harmonis dengan alam (akhlak karimah) yang melahirkan kesalehan alam (hablum minal 'alam). Bersahabat dengan alam pun merupakan buah dari kesalehan ritual dan spiritual. Artinya, semakin baik kualitas ibadah seseorang, hendaknya bertambah baik pula interaksinya dengan alam. Tugas kepemimpinan adalah memakmurkan alam demi kesejahteraan umat manusia. (QS.11:61). Kita disuruh menanam pohon sebagai sedekah (HR Muslim), dan memberi minum binatang juga sedekah (HR Ahmad).

Merawat kesalehan kita terhadap lingkungan alam (flora dan fauna), semakin terasa urgensitasnya saat bencana melanda negeri ini. Allah SWT telah menciptakan alam ini dengan keindahan dan keteraturan ekosistem (sunnatullah) sebagai amanah bagi manusia. (QS 32:7). Semua yang Allah SWT ciptakan tidak ada yang sia-sia (QS 3: 190-191).

Oleh karena itu, jangan sekali-kali merusak alam setelah Allah SWT memperbaikinya (QS.7:85). Namun fak ta nya, gunung-gunung ditambang secara liar. Hutan dan lahan dieksploitasi sehingga tidak bisa meresap air hujan. Sam pah dan limbah mencemari sungai dan laut. Kezaliman kita terhadap alam yang mengundang malapetaka. (QS 30:41).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan, ada tiga faktor penyebab bencana alam, yakni; penambangan liar, pembalakan hutan dan alih fungsi lahan yang salah. Akhirnya, kita mesti merawat kesalehan secara utuh agar bisa mewariskan alam ini bagi kehidupan generasi masa depan. Bukan hanya kesalehan simbolis, ritual, dan spritual, tetapi juga kesalehan sosial dan alam. Jangan sampai kita hanya saleh individual, tapi salah dalam interaksi sosial dan alam (tak beradab). Allahu a'lam bishshawab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement