REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sementara Al-Jazari sendiri telah bekerja sebagai ahli teknik untuk Dinasti Bani Artuq, penguasa Mesopotamia (Irak) pada 1174. Karena keahliannya, ia memperoleh sejumlah gelar prestisius, seperti Rais al-A’mal. Gelar tersebut menunjukkan dirinya adalah pemimpin para insinyur pada masa itu.
Sementara itu, gelar Badi al-Zaman dan al-Shaykh memberikan pengakuan sebagai ilmuwan tak tertandingi serta bermartabat.Penemuan-penemuannya itu pun ditulis dan dilengkapi detail gambar dalam sebuah kitab Jami Bain Al ilm wal All Al Nafi di Sinat at Al hiyal. Buku ini seluruhnya mencakup teori dan praktik mekanik sekaligus mendokumentasikan sekitar 50 temuan yang dilengkapi rancangan gambar secara teperinci. Berkat kepeloporan yang gemilang pada bidang teknik, al-Jazari turut mengangkat sejarah peradaban Islam pada abad pertengahan.
Karya Al Jazari dipelajari oleh Taqi Al Din ilmuan Damaskus pada abad ke-16, Taqi al-Din berusaha merancang ulang mesin pompa air Al-Jazari dan menghilangkan berbagai ketidakjelasan rancangannya. Untuk mendapatkan desain yang sesuai, dia harus melakukannya dengan hati-hati dan penuh perhitungan.
Selain itu Taqi al-Din juga menjadi orang pertama yang merancang pompa spiral yang kemudian digunakan di seluruh Mediterania. Pompa spiral ini bekerja dengan dorongan tenaga dari sebuah kincir air melalui dua roda gigi yang dikaitkan satu sama lain. Bukan cuma itu, banyak karya Taqi Al Din lainnya yang juga membuat kagum para ilmuan modern. Salah satu diantarnaya adalah ia berhasil merancang jam yang dengan akurasi mumpuni. Jam alarm mekanik pertama merupakan buah karyanya.
Al-Din jugalah yang menemukan jam pertama dengan parameter menit dan detik. Pada 1556 M hingga 1580 M, sang ilmuwan telah menemukan alat untuk melihat antariksa, teleskop. Padahal, teknologi ini baru dikenal peradaban Barat pada abad ke-17 M.