REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Utusan dari negara Amerika Serikat akhirnya diundang untuk menghadiri pembukaan kongres yang digelar di Bangka Belitung 26-29 Februari nanti itu. Namun Kongres tetap berjalan secara terbuka dan tidak ada materi yang ditutup-tutupi.
Anggota Panitia Pengarah Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7, Nadjamuddin Ramly, mengatakan berdasarkan keputusan rapat pimpinan harian MUI pekan lalu, seluruh perwakilan negara sahabat diundang pada pembukaan KUII ke-7, termasuk AS. Selain AS, negara yang diundang adalah negara-negara ASEAN dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
"Kita tidak melakukan spesialisasi terhadap satu negara. Sebab kalau satu negara dijadikan sebagai observer, maka China, Rusia, juga akan minta, dan semua perwakilan negara lain itu juga akan minta padahal kami juga terbatas. Tidak menyiapkan interpreter ataupun alat translator," tutur Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu di kantor MUI, Jakarta, Jumat (21/2).
Ramly juga menjelaskan, perwakilan dari AS tidak diperbolehkan untuk mengikuti sesi pembahasan materi atau bahkan menjadi pengamat pada sesi materi. "Karena kalau AS kita izinkan maka negara-negara lain, hampir 200 perwakilan negara di Jakarta ini, juga akan minta menjadi observer. Kalau begitu ini menjadi kongres umat Islam internasional," papar dia.
MUI, lanjut Ramly, sebagai penyelenggara KUII juga sudah menjelaskan kepada Kedutaan Besar AS, bahwa untuk permintaan sebagai pengamat sampai mengikuti sesi dalam agenda Kongres itu tidak boleh.
“ (Tapi kalau) mau mengambil materinya monggo, mau ikut di situ untuk mendengarkan ceramah umumnya, silakan," ujar dia.
Meski begitu, Ramly menambahkan, agenda KUII ke-7 akan berjalan secara terbuka melalui siaran langsung TV MUI. Isi acara dan materi-materinya, kata dia, pun akan dipublikasikan.
"Silakan (bagi perwakilan negara asing) kalau mau tinggal di hotel itu sampai selesai Kongres, monggo. Amati dari situ dan tidak ada yang ditutup-tutupi," ujarnya.
Kedubes AS untuk Indonesia sempat mengirimkan surat permintaan ke MUI untuk dapat menghadiri Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-7 2020 pada 26-29 Februari mendatang. Hal ini dibenarkan Wakil Ketua Umum MUI Muhyiddin Junaidi.
"Iya, memang ada (permintaan dari Kedubes AS di Indonesia). Mereka meminta (untuk hadir) karena mungkin ingin mengetahui, ingin memahami, dan mengerti lebih jauh saja tentang umat Islam di Indonesia," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (11/2) lalu.
Menurut Muhyiddin, sebetulnya pihak Kedubes AS pada akhirnya juga akan mengetahui hasil KUII 2020 tanpa ikut hadir. Dia menjelaskan, KUII 2020 membatasi tamu-tamu asing. Tamu asing yang diundang hanya duta besar negara-negara sahabat, terutama negara dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan negara ASEAN.
"Karena cakupannya adalah umat Islam Indonesia. Negara-negara sahabat seperti di ASEAN dan OKI kita undang, tapi belum lebih luas dari itu," tutur dia.
Karena itu, Muhyiddin mengatakan, MUI tidak mengundang Kedubes AS. Namun, lanjut dia, tak menutup kemungkinan MUI di masa mendatang akan mempertimbangkan untuk mengundang tamu asing dari lebih banyak negara.
"Ya menimbang kondisi yang kurang kondusif, maka kita putuskan sementara waktu kita batasi untuk negara-negara OKI. Mengundang yang lebih luas itu dipikirkan di masa yang akan datang," ucap dia.