REPUBLIKA.CO.ID, Wanita yang baru mengenal Islam ini bernama Ashalina Safa Malaika. Dia menutup auratnya dengan sempurna. Wajahnya pun tak ditampakkan kepada sembarang orang.
"Aku dari keluarga yang tidak terlalu taat agama, meski papiku memiliki kelenteng," tuturnya kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Hingga sekolah dasar, tiga bersaudara tersebut memeluk Kristen, sedangkan kedua orang tuanya tetap menganut Konghuchu.
Sejak TK hingga SMP, dia bersekolah di sekolah negeri dengan mayoritas siswa beragama Islam. Tapi, dia tidak merasa di beda-bedakan.
Karena mayoritas Muslim, Asha pun sering melihat teman-temannya melaksanakan shalat, mengaji, dan ikut mendengarkan ceramah. "Aku juga sering dengar ceramah setiap Ramadhan dan ikutan puasa juga, ikutan ngabuburit juga naik motor," jelasnya.
Ketika ke sekolah, dia sering mengenakan rok panjang meski tidak diwajibkan karena non-Muslim. Meski begitu dia tidak lupa untuk ke gereja setiap Sabtu.
"Aku tertarik dengan Islam sejak SMP, tetapi belum berani mencari tahu agama Islam karena mami dan papi selalu bilang kalau kita adalah Chinese dan Chinese nggak ada yang masuk Islam," ujarnya mengingat pesan kedua orang tua.
Kemudian, setelah lulus SMP, Asha pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMK katolik. Tapi, dia semakin jarang ke gereja karena tidak bertemu dengan gereja yang cocok.
Selain itu, teman-temannya banyak yang beragama katolik, sehingga tidak bisa ber sama untuk beribadah. Karena jarang ber ibadah, dia pun mencari kesibukan lain, hobi baru yang diselaminya adalah costume play(cosplay). Yaitu, mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, maga, dongeng, permainan video, penyanyi dan musisi idola, serta film kartun.
Dia sangat mendalami hobinya ini karena semua kostum yang dipakainya dibuat sendiri. Dia juga memilih jurusan busana karena ini adalah hobi sekaligus menjadi bagian dari tugas sekolah. Selama tiga tahun dia sibuk dengan hobinya, membuatnya jauh dari agama.
Setelah lulus SMK, dia memutuskan untuk kuliah ke Jepang. Asha memilih salah satu perguruan tinggi dengan jurusan desain busana di Osaka.
Asha mendapat dukungan penuh dari keluarga karena dia suka berbagai hal yang terkait dengan Jepang. Tinggal jauh dari orang tua membuat Asha merasa lebih bebas dan mandiri.
Dia tak segan untuk berganti-ganti warna rambut dan berpakaian gaya harajuku. Di negara ini juga dia pertama kali mengenal dekat dengan lawan jenis, tetapi berbeda agama.
Pria tersebut Muslim, tetapi bukan tipe pria yang taat beribadah. Dekat dengan dia pun tak lama, hanya setahun. Sehingga, dia bukan alasan Asha untuk mendalami Islam.
Saat berselancar di dunia maya, Asha menemukan konten ceramah pendakwah Dr Zakir Naik. Pria yang gencar mendakwahkan Islam kepada non-Muslim ini meng inspirasinya. Apalagi, akhir 2015, dia mengunjungi Jepang, sehingga Asha menghadiri ceramahnya.
Meski tak berniat memberitahukan kepada teman-teman tentang ketertarikannya belajar Islam, nyatanya ada seorang temannya yang mengetahui dia sering menonton dakwah Zakir Naik di Youtube.
Temannya pun menyarankan agar Asha mencari guru agama karena khawatir materi yang dipelajari tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
"Aku tidak ingin orang tahu tentang apa yang aku pelajari karena tidak ingin digosipkan. Apalagi, jika ada orang yang berbicara aku ingin mempelajari Islam karena alasan-alasan tertentu," jelasnya.
Asha kemudian mulai mencari masjid terdekat. Dia mendatangi masjid di Kobe, tetapi di masjid ini pun mayoritas orang Turki dan India, tidak ada Muslim Indonesia. Kemudian, dia mendatangi toko halal di depan masjid dan ternyata ada banyak pekerja dari Indonesia di sana. Dia memberitahukan, di Masjid Kobe juga ada komunitas Muslim Indonesia.
"Di sana banyak ibu-ibu Indonesia yang menikah dengan orang Jepang dan sering tahsin bacaan Alquran, beberapa juga ada mahasiswi Indonesia yang ikut mengaji," jelas dia.
Asha pun bertemu setiap satu atau dua pekan sekali untuk mengenal Islam dan tanya jawab. Meski sering ke masjid, dia masih ke gereja setiap pekan untuk melakukan perbandingan tentang apa yang diajarkan di Islam dan di agama lamanya.
"Banyak orang yang pasti mengira saya pindah agama karena tidak taat di agama sebelumnya. Padahal, di agama sebelumnya saya benar-benar mempelajari dan mendalami ajaran yang ada, termasuk kitab dan kewajiban," kenangnya.
Dia mempelajari perbandingan agama ini selama enam bulan. Tapi, apa yang dipelajari di agama lamanya makin membuatnya galau untuk meninggalkannya.
Jawaban atas pertanyaan justru makin jelas didapatkannya ketika mempelajari Islam. Asha makin sering ikut tahsin dan mendengarkan ceramah. Meski belum memeluk Islam, dia sudah mulai belajar berpuasa satu bulan.
Berpuasa tidak terlalu berat karena sudah terbiasa. Dia juga mempelajari shalat dan berjilbab meski belum syar'i. "Selain kuliah, aku juga kerja part time, tahsin, dan mengaji. Satu pekan kegiatanku full, tetapi semua dijalani terasa nikmat.Meski belum memeluk Islam karena lingkungan yang baik membuatku nyaman,"jelasnya.
Asha yang kini berusia 24 tahun mengenang pertama kali dirinya memutuskan mengucapkan syahadat. Menginjak 10 hari terakhir Ramadhan, Ramadhan 2016, dia kembali berpuasa karena terakhir kali berpuasa saat SMP.
Dia sering menginap di rumah teman yang tinggal di Kobe untuk sahur dan berbuka bersama. Karena, di Osaka dia tidak memiliki teman Muslim yang dekat.
Asha juga sering bertemu teman di masjid dan KBRI untuk mencari takjil. Dia pun harus menempuh perjalanan selama 1,5 jam menggunakan kereta. Menurutnya, Islam mengajarkan kebersamaan dan ketulusan dalam beribadah.
Pergaulannya yang lebih sering bersama Muslim membuatnya memantap kan diri untuk konsisten mengenakan jilbab meski belum memeluk Islam. Dia pun mendapat hadiah kerudung dari temannya. Tidak mudah untuk konsisten berpuasa, mulai sahur, berbuka, dan tarawih.
"Aku merasa lelah karena pukul 03.00 harus bangun sahur, iftar pukul 19.00, Tarawih pukul 20.00 kemudian pulang pukul 22.00 dari Kobe ke Osaka, sampai rumah pukul 01.00, tetapi tidak bisa tidur karena harus bersiap dua jam setelahnya untuk sahur kembali," tutur dia.
Namun, hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap mempelajari aturan Islam dalam beribadah. Dia juga mulai belajar wudhu dan shalat dengan benar karena selama ini shalat yang dilakukannya hanya mencontoh jamaah lain di kanan kiri.
Tiba saatnya keyakinan itu datang, Asha memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah beberapa kali dia sering mendengar komentar teman-temannya yang menyayangkan dirinya belum juga bersyahadat meski telah menjalankan syariat Islam.
Asha tahu benar dia tidak mendapatkan pahala apa pun meski telah menjalankan berbagai macam ibadah Islam sebelum dia bersyahadat. Pagi itu, Juni 2016, Asha memutuskan pergi ke Masjid Kobe bersama teman-temannya yaitu, Tya, Yui, dan Halimah.
Di hadapan Imam Masjid Kobe dan disaksikan teman-temannya dia mengucap kan dua kalimat syahadat. "Semua menangis bahagia dan memelukku usai aku bersyahadat," jelas dia.
Asha mengaku, Islam memiliki kejelasan berbagai hal. Karena setiap ajaran dan ibadah yang harus dilakukan semua memiliki dalil dan dasar yang jelas. Aturan yang dimiliki Islam pun jelas dengan alasan yang Allah jelaskan dalam Alquran dan hadis.