REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- World Health Organization (WHO) menilai wabah virus corona baru atau Covid-19 di Iran sangat mengkhawatirkan. Pasalnya pihak berwenang Iran mengkonfirmasi 18 kasus baru dan empat kematian hanya dalam waktu yang sangat singkat yakni dua hari hingga Jumat (21/2).
Sebelumnya pada Kamis, Iran mengkonfirmasi 13 kasus virus corona baru, sehingga total orang yang terinfeksi virus corona baru di negara itu menjadi 18. Tujuh orang dengan virus mirip flu didiagnosis di wilayah Qom, empat orang di Teheran, dan dua kasus di Gilan.
Wabah di Iran ini mirip dengan satu kasus di Kanada, dan infeksi lain dari seorang wanita berusia 45 tahun di Lebanon setelah pasien-pasien itu pergi ke negara Timur Tengah. "Kasus-kasus yang kita lihat di seluruh dunia, meskipun jumlahnya kecil, tetapi tidak terkait dengan Wuhan atau Cina, itu sangat mengkhawatirkan," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip CNBC, Sabtu (22/2).
"Titik-titik ini sebenarnya sangat memprihatinkan. Pejabat kesehatan menerima informasi tentang pasien di Iran, tetapi kita harus lebih melibatkan mereka," kata Tedros menambahkan.
Pejabat WHO juga masih memiliki kesempatan untuk menahan virus itu menyebar luas, meski semakin kecil kemungkinannya dari hari ke hari. Jendela peluang masih ada, tetapi jendela peluang WHO semakin sempit.
"Kita harus bertindak cepat sebelum menutup sepenuhnya." katanya. Dia juga memperingatkan, bahwa wabah ini masih bisa berdampak ke segala arah.
Asisten direktur kesiapsiagaan darurat di WHO Jaouad Mahjour menilai sistem perawatan kesehatan Iran memiliki kapasitas dasar untuk mendeteksi dan menahan virus corona. Para pejabat WHO mengatakan, pihaknya khawatir tentang potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.
Di luar China, terdapat 1.152 kasus di 26 negara, termasuk delapan kematian. WHO mengatakan bahwa penyakit pernapasan ini dapat menyebar melalui kontak antar manusia, butiran-butiran yang dibawa melalui bersin dan batuk serta kuman yang ditinggalkan pada benda mati.
Belum ada terapi yang terbukti untuk virus baru. Sementara itu, hasil awal dari dua uji klinis yang menguji perawatan potensial untuk Cobid-19 diharapkan selesai dalam tiga minggu. Satu percobaan menggabungkan obat HIV lopinavir dan ritonavir, sementara yang lain sedang menguji bioteknologi Gilead Sciences yang berbasis di AS, yakni remilez antivirus.
Otoritas lokal di China telah menggunakan remdesivir. Itu diuji sebagai pengobatan selama wabah Ebola, untuk melawan infeksi. Beberapa otoritas juga menggunakan obat antivirus Kaletra, kombinasi lopinavir dan ritonavir.