REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Sejak menjadi seorang Muslim, nama Merah Silu diganti dengan Sultan al-Malikush Shaleh. Gelar al-Malikush Shaleh meng indikasikan upaya Syekh Ismail sebagai ulama Makkah untuk mendekatkan Aceh dengan Tanah Suci.
Pada masa itu, Haramain sedang di kuasai Kesultanan Mamluk yang sejarah pendiriannya tidak lepas dari ketokohan raja (malik) Ash- Shalih Ayyub. Sosok ini merupakan raja terakhir Dinasti Ayyubiyah yang akhirnya ditumbangkan oleh Dinasti Mam luk di Mesir. Raja pertama Kesultanan Mam luk merupakan istri Ayyub, Syajaruddur.
Merah Silu alias Sultan al-Malikush Shaleh menguasai pesisir utara Aceh atau daerah sepanjang Sigli hingga Lhokseumawe kini. Dia menjadikan daerah antara Sungai Jambu Air dan Sungai Pasai (Krueng Pase) sebagai pusat pemerintahan pada 1267.
Sekarang, daerah tersebut masuk wilayah Kabupaten Aceh Utara. Para arkeolog dari abad modern telah meneliti penemuan kompleks makam raja-raja Samudra Pasai di daerah tersebut. Sejumlah batu nisan di sana berbahan pualam putih yang dihiasi dengan ukiran-ukiran beraksara Arab.
Makam yang tertua, yakni bertuliskan nama Sultan al-Malikush Shaleh, diketahui berasal dari tahun 692 Hijriah atau 1297 Masehi. Penjelajah asal Italia, Marco Polo (1254- 1324), dalam perjalanannya ke China sempat membuang sauh di Jawa dan Sumatra.
Setibanya di Aceh, dia mencatat kesan-kesannya antara lain terhadap kerajaan Perlak dan Samudra Pasai, yang disebutnya sebagai Samara. Eksistensi kerajaan Samudra Pasai juga tercatat dalam kitab Rihlah karya Ibnu Batutah. Pada 1345, pengelana asal Maroko ini diketahui singgah di kerajaan tersebut.
Sultan al-Malikush Shaleh menikah dengan putri Raja Perlak. Pada masa ini, Kerajaan Perlak mulai menjadi bagian dari Samudra Pasai. Putranya kelak menggantikannya sebagai raja Samudra Pasai dengan al-Malikuzh Zhahir I. Menurut Buya Hamka, gelar ini juga berkaitan dengan pengaruh Makkah dan Mesir.
Sebab, azh-Zhahir merupakan gelar sultan Dinasti Mamluk yang kedua. Al-Malikuzh Zhahir II merupakan sultan ketiga yang memerintah Samudra Pasai. Buya Hamka menyebutkan, dialah yang ditemui Ibnu Batutah saat menyambangi Samudra Pasai.