REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Dalam catatannya, Ibnu Batutah menjelaskan bahwa raja-raja Pasai menganut mazhab fiqih Imam Syafii. Dia juga menceritakan tentang kemajuan dan kemegahan yang ditunjukkan penguasa setempat. Setiap masuk waktu shalat Jumat, misalnya, sultan Pasai keluar dari ruangannya dengan berjalan kaki.
Kemudian, sultan akan menaiki gajah atau kuda khusus dengan diiringi para pembantunya. Sepanjang jalan menuju masjid kerajaan, iring-iringan sultan ini dihormati rakyat seluruhnya Al-Malikuzh Zhahir II menjadi penguasa yang mendukung penuh dakwah Islam di Samudra Pasai serta Aceh pada umumnya.
Menurut Ibnu Batutah, seperti dikutip Buya Hamka, sultan tersebut sering mengirimkan mubaligh-mubaligh ke negeri-negeri tetangga yang belum mengetahui Islam. Ada pula utusan-utusan yang sifatnya cenderung pada perluasan pengaruh Kesultanan Samudra Pasai. Tidak sedikit kerajaan sekitar yang tunduk pada rajaraja Pasai dengan cara mengirimkan upeti sesuai ketentuan.
Ibnu Batutah terkesan dengan Al-Malikuzh Zhahir II yang dekat dengan kaum ulama dan fasih berbahasa Arab. Sebagian di an tara para cendekiawan di istana merupakan kalangan sayyid atau keturunan Rasulullah SAW yang berasal dari Shiraz (Iran).