REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dakwah diperkotaan tentu berbeda pendekatannya dengan dakwah di pedalaman dan pelosok. Butuh strategi dan pendekatan yang masif agar objek dakwah nyaman dan totalitas.
Siapa yang tak kenal dengan Gang Dolly, Surabaya? Tempat eks prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu, sudah ditutup oleh Pemerintah Kota Surabaya pada 18 Juni 2014.
Ustadz Nasih, Dai Tangguh BMH sekaligus pendiri Pesantren Dolly mengatakan pentingnya dukungan untuk warga Dolly tersebut."Gerakan dakwah untuk Hijrahnya eks warga Gang Dolly harus dikuatkan melalui program berantas buta huruf Alquran dan penguatan kajian-kajian keislaman," ungkapnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia mengungkapkan, pekan lalu Laznas BMH bersama Pesantren Dolly mengadakan pelatihan dan upgrading untuk Dai dan Guru Ngaji Alquran di Gang Dolly. Pelatihan diadakan selama dua hari di Pesanggrahan Jauharotul Hikmah Surabaya, 15 dan 16 Februari 2020.
“Alhamdulillah, para guru Alquran mendapatkan pelatihan dan upgrading. Sehingga, mereka lebih semangat lagi dalam menyampaikan dakwah Alquran kepada warga, baik anak-anak maupun dewasa,” tutunya.
Imam Muslim, manager Program & Pendayagunaan BMH Jawa Timur mengungkapkan, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab BMH untuk memberikan perhatian dan layanan kepada para dai dan daiyah serta guru ngaji di Gang Dolly. “Karena mereka adalah garda terdepan dalam membina masyarakat disini,"ujar Muslim.
"Semoga kegiatan ini bisa rutin dilakukan di sini, agar para dai dan guru ngaji bisa mendapatkan bekal terjun ke masyarakat,"ungkap Muhammad Izzin, salah satu peserta pelatihan.