REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Bernie Sanders peringatkan Rusia untuk menjauh dari pemilihan presiden (pilpres) November mendatang. Sebelumnya, pejabat intelijen AS mengatakan, Moskow mencoba mengintervensi pilpres.
"Komunitas intelijen memberitahu kami mereka mengintervensi kampanye ini, saat ini, 2020, dan saya katakan kepada Pak (Presiden Rusia Vladimir) Putin, jika saya terpilih sebagai presiden, percaya pada saya Anda tidak akan mengintervensi pemilihan Amerika," kata Sanders di Bakersfield, California, Jumat (22/2).
Senator Sanders dari Vermont seorang sosialis demokratik yang dianggap kandidat unggulan calon presiden Partai Demokrat. Ia juga menjadi diperkirakan akan memenangkan kaukus di Nevada.
Pada Jumat (21/2) surat kabar the Washington Post mengutip sumber yang mengatakan pejabat Amerika telah memberitahu Sanders tentang upaya Rusia membantunya dalam kampanye pemilihan presiden tahun ini. The Post juga menulis Presiden AS Donald Trump dan anggota parlemen AS juga sudah diberitahu mengenai hal ini.
Surat kabar tersebut mengatakan belum diketahui apa yang dilakukan Rusia dalam membantu Sanders. Sumber dari Kongres mengkonfirmasi pejabat intelijen AS memberitahu para anggota parlemen AS tampaknya Rusia terlibat dalam propaganda dan disinformasi kampanye pemilihan presiden yang menguntungkan Sanders dan Trump.
Namun, sumber itu memperingatkan penemuan ini masih sangat tentatif. Sanders mengatakan ia sudah diberitahu mengenai hal ini satu bulan yang lalu. Tim kampanyenya mengatakan pertemuan yang membahas hal tersebut bersifat rahasia.
"Kami diberitahu Rusia, mungkin negara lain, terlibat dalam kampanye (Presiden), lihat ini pesannya: Untuk Rusia, menjauh dari pemilihan Amerika, ngomong-ngomong apa yang mereka lakukan, sesuatu yang buruk, dan saya sudah melihat beberapa cicitan dan hal lain, mereka mencoba untuk memecah belah kami," kata Sanders.
Ia mengatakan, Rusia mencoba untuk menciptakan kekacauan dan menimbulkan kebencian di Amerika. Sementara, Kremlin sudah membantah dengan tegas tuduhan tersebut.