Ahad 23 Feb 2020 07:41 WIB

Insiden Pramuka Hanyut SMPN 1 Turi Tanggung Jawab Sekolah

Membawa siswa pramuka menyusur sungai di musim hujan adalah bentuk kecerobohan.

Rep: Arief Satrio Nugroho/ Red: Indira Rezkisari
Petugas melakukan penyisiran lanjutan untuk mencari sejumlah anggota pramuka SMP N 1 Turi yang tenggelam di Kali Sempor, Pandowoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Saat ini tim gabungan berhasil menemukan sebanyak sembilan korban meninggal dunia yang hanyut terbawa arus aliran Sungai Sempor saat melakukan susur sungai pada Jumat (21/2/2020),
Foto: Antara
Petugas melakukan penyisiran lanjutan untuk mencari sejumlah anggota pramuka SMP N 1 Turi yang tenggelam di Kali Sempor, Pandowoharjo, Sleman, D.I Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Saat ini tim gabungan berhasil menemukan sebanyak sembilan korban meninggal dunia yang hanyut terbawa arus aliran Sungai Sempor saat melakukan susur sungai pada Jumat (21/2/2020),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X (Pendidikan) DPR RI Andreas Hugo Pareira menyebut kecelakaan yang menyebabkan hanyutnya 250 siswa pramuka SMP Turi, Sleman, Yogyakarta adalah tanggung jawab sekolah. Andreas menilai, seharusnya pihak sekolah lebih berhati-hati.

"Kecelakaan yang menimpa siswa-siswi SMP Negeri 1 Turi Sleman yang menyebabkan korban siswa meninggal dunia adalah suatu kejadian yang sangat disesalkan. Seharusnya tidak perlu terjadi kalau para guru pembimbing lebih waspada dan berhati-hati," kata Andreas dalam pesannya, Ahad (23/2).

Baca Juga

Bencana atau kecelakaan, kata Andreas, memang tidak diharapkan. Namun pihak sekolah seharusnya dapat menghindari dan memperkecil risiko bencana apabila lebih berhati-hati dan mampu mengantisipasi berbagai peristiwa, termasuk peristiwa alam.

"Membawa lebih dari 200 siswa SMP di saat musim penghujan seperti saat ini, tanpa mengetahui risiko adalah sebuah kecerobohan," ucap Andreas.

Politikus PDIP ini menekankan, siswa dan siswi yang mengikuti program susur sungai harus dipastikan bisa berenang. Di samping itu para siswa juga harus dibekali pelampung pengaman dan seharusnya dalam setiap grup tidak lebih dari 5-10 dengan seorang pendamping.

Ia mengingatkan, peristiwa ini seharusnya menjadi pelajaran agar dalam kegiatan-kegiatan guru dan murid di luar sekolan berikutnya untuk lebih waspada dan antisipatif terhadap risiko bencana dan kecelakaan.

"Bagaimanapun kecelakaan ini telah terjadi. Kita semua ikut prihatin dan menyampaikan turut berduka cita yang paling dalam atas meninggalnya siswa-siswa dalam peristiwa ini," ujar Andreas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement