REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani menyampaikan, Salam Pancasila bisa melengkapi salam-salam agama yang sering diucapkan masyarakat Indonesia. Menurut dia, Salam Pancasila tak dapat menggantikan salam agama seperti Assalamualaikum.
"Salam Pancasila itu bisa melengkapi salam-salam yang ada. Mulai dari Assalamualaikum, Selamat Pagi, Om Swastiastu, kemudian ditutup Salam Pancasila. Kalau diposisikan bukan menggantikan tapi menambahkan, melengkapi, saya kira nggak ada masalah," ujar Arsul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Ahad (13/2).
Politikus PPP itu menuturkan, salam yang sudah ada menurut agama masing-masing tidak menyebabkan radikalisme, anti-Pancasila, dan intoleran. "Salam yang ada menurut agama masing-masing itu tidak menyebabkan radikalisme, kemudian sikap anti-Pancasila, tidak menyebabkan juga sikap intoleran, ya tidak usah diganti-ganti," lanjut Arsul.
Sebelumnya, Ketua BPIP Yudian Wahyudi menyampaikan perlunya salam yang disepakati secara nasional. Sekarang ini, kata Yudian, jumlah salam mengikuti agama di Indonesia.
Menurutnya, salam di tempat umum harus menggunakan salam yang sudah disepakati secara nasional. Yudian pun mengambil contoh sebuah hadits.
"Ada hadits, kalau Anda sedang berjalan dan ada orang duduk, maka ucapkan salam. Itu maksudnya adaptasi sosial. Itu di zaman agraris. Sekarang zaman industri dengan teknologi digital. Sekarang mau balap pakai mobil, salamnya pakai apa? Pakai lampu atau klakson," ujarnya.
"Kita menemukan kesepakatan tanda ini adalah salam. Jadi kalau sekarang kita ingin mempermudah, seperti dilakukan Daud Jusuf, maka untuk di public service, cukup dengan kesepakatan nasional, misalnya Salam Pancasila. Itu yang diperlukan hari-hari ini. Daripada ribut-ribut itu para ulama, kalau kamu ngomong Shalom berarti kamu jadi orang Kristen," kata Yudian.