REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Sebuah video yang menunjukkan seorang perawat yang tengah hamil merawat pasien infeksi virus corona tipe baru di rumah sakit militer di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China mungkin terlihat menyentuh bagi sebagian orang di seluruh dunia. Sebaliknya, tidak demikian bagi warga di negara itu.
Mereka justru menilai bahwa itu adalah bagian dari propaganda pemerintah. Dalam video yang ditayangkan di media milik Pemerintah China, CCTV, perawat yang sedang hamil sembilan bulan bernama Zhao Yu digambarkan sebagai seorang pahlawan.
Di lain sisi, banyak orang dari Negeri Tirai Bambu malah melontarkan kritik tajam melalui media sosial. Mereka menilai bahwa perempuan itu sedang dijadikan alat propaganda yang sangat kejam.
Dalam video terlihat bagaimana Yu dalam kondisi hamil tua mengenakan pakaian pelindung dan berkeliling untuk merawat pasien dari ruang ke ruang di rumah sakit. Terdengar seorang pasien yang juga berkata kepadanya agar tidak perlu bekerja sementara waktu karena situasi penularan virus corona yang berbahaya.
Namun, Yu dalam video itu mengatakan bahwa tetap bekerja menjadi pilihannya agar dapat berkontribusi dalam upaya memerangi virus corona yang mematikan. Ia juga mengakui bahwa keluarganya telah melarang diirnya bekerja.
Meski video dimaksudkan untuk memberi penghormatan menyentuh atas pengorbanan Yu, banyak orang menuduh media pemerintah menggunakan cerita dari perawat itu sebagai bentuk propaganda. Kemarahan mencuat di media sosial, dengan sejumlah komentar pedas dari warga Cina, salah satunya mengatakan tidak seharusnya seorang perempuan yang sedang hamil dikorbankan untuk itu.
"Bisakah kita menghentikan semua propaganda ini? Siapa yang membuat keputusan bahwa video ini baik-baik saja? Perempuan hamil seharusnya tidak berada di garis depan, itu saja," ujar salah satu komentar warga China di media sosial, dilansir BBC.
Pengguna media sosial lainnya di China lainnya mempertanyakan kemungkinan video Yu memiliki tujuan politik. Ia mengingatkan agar perempuan yang sedang hamil sembilan bulan tidak diminta untuk melakukan ini.
"Saya benar-benar berpikir bahwa ada pesan mengadvokasi perempua secara buta untuk bertarung di garis depan, terlepas dari kesehatan mereka. Benar-benar sakit," kata satu orang lainnya.
Tak hanya video perempuan yang sedang hamil dan tetap bertugas di rumah sakit membuat warganet di China geram. Sebuah video lainnya yang diunggah di media milik pemerintah di Gansu menunjukkan beberapa perawat memilih untuk mencukur rambut mereka hingga botak agar mudah mengenakan pakaian pelindung saat bertugas merawat pasien.
Banyak yang bertanya mengapa para perawat perempuan itu harus mencukur habis rambut mereka. Tak sedikit yang juga heran mengapa tak ada video yang memperlihatkan para perawat pria ikut mencukur rambut mereka?
Tak lama berselang, tagar #SeeingFemaleWorkers yang menyerukan agar orang-orang mengetahui kontribusi perempuan di garis depan juga mulai menjadi viral di media sosial Weibo. Salah satu komentar dari pengguna mengatakan perempuan menjadi hebat hanya karena mereka mencukur rambut panjang mereka.
"Mengapa media selalu menggunakan pengorbanan wanita sebagai alat untuk propaganda? Bukankah sama mengagumkannya bagi para wanita ini untuk pergi di garis depan dengan rambut panjang mereka? Mereka harus cantik, seorang ibu, istri, dan kemudian berkorban. Hanya dengan begitu mereka akan dianggap hebat,” ujar komentar lainnya.