Senin 24 Feb 2020 06:19 WIB

Merawat Gagasan MH Thamrin

Peninggalan MH Thamrin masih minim perhatian dari pemerintah daerah.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah koleksi barang pada Museum MH. Thamrin di Jakarta, Selasa (5/5). (Rakhmawaty La
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sejumlah koleksi barang pada Museum MH. Thamrin di Jakarta, Selasa (5/5). (Rakhmawaty La

REPUBLIKA.CO.ID, Perjuangan mengangkat kualitas hidup perkampungan warga Betawi merupakan murni gagasan MH Thamrin. Gagasan inilah yang luntur di sebagian pemimpin dan pejabat pemerintahan Jakarta setelahnya. Hal itu diakui cucu dari MH Thamrin, Astuti Ananta Toer (65 tahun).

Astuti Toer yang juga putri dari Sastrawan terkemuka Pramoedya Ananta Toer ini menuturkan bagaimana cerita keluarga terhadap sosok MH Thamrin. Walaupun tidak memiliki anak kandung, Thamrin sangat dekat dengan semua saudara keponakannya. Termasuk dengan anak dari Pramoedya Ananta Toer yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Thamrin.

Ibunda Astuti, atau istri Pramoedya adalah Maemunah Thamrin, yang juga keponakan Muhammad Husni Thamrin dan Astuti merupakan wanita yang tak mudah melupakan perjalanan hidup keluarganya. Sebagai mana ia mengingat kisah hidup kedua orang tuanya, khususnya Pramoedya yang menjadi bulan-bulanan tekanan pemerintahan Orde Baru.

Begitu pula, kisah sang Kakek, MH Thamrin ia masih ingat pesan dan cerita dari Ibunda dan Bibi dan Pamannya tentang sosok Thamrin. Kisah pembelaan Thamrin memperjuangkan masyarakat miskin kota Jakarta, atau dahulu Batavia adalah pesan yang paling diteruskan ke semua cucu dan keluarga besar Thamrin.

"Kami keluarga selalu diingatkan perjuangan Pak Thamrin ini. Wasiat ini patut dicontoh khususnya bagi pejabat di Jakarta, membela perjuangan rakyat miskin, memperjuangkan kesejahteraan orang yang terpinggirkan," kata Astuti.

Tidak hanya dari sisi gagasan, Astuti merasa semakin ke sini, kepedulian Pemerintah DKI Jakarta ke warisan dan gagasan MH Thamrin pun minim perhatian. Ia mengenang dua kali ketidakhadiran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memperingati hari wafatnya MH Thamrin pada 11 Januari 2020 dan 2019. Padahal, kenang dia, saat gubernur sebelumnya selalu hadir.

"Ini sebenarnya bentuk kepedulian Gubernur Jakarta atas jasa Pak Thamrin, dan hampir setiap gubernur selalu datang. Hanya Pak Anies yang dua kali momentum itu tidak pernah datang," ujar dia.

Tidak hanya itu, Astuti juga merasa makin ke sini perhatian ke benda cagar budaya peninggalan MH Thamrin juga minim perhatian. Walaupun ia bersyukur beberapa barang peninggalan MH Thamrin telah berhasil dikumpulkan di museum. Namun, masih banyak barang dan aset MH Thamrin yang sampai saat ini terbengkalai dan bercecer tidak terawat.

Seperti masih banyak peninggalan aset MH Thamrin yang diduduki warga dan belum dikembalikan ke pihak keluarga atau diserahkan ke museum. Beberapa aset yang banyak diduduki, jelas dia, adalah aset tanah yang dulu sempat dibeli MH Thamrin untuk keperluan masyarakat umum. Seperti di kawasan Jalan Taman Sari Raya, masih ada aset yang diduduki warga.

"Kemudian, tempat tinggal terakhir Pak Thamrin terakhir yang di Wedana, itu tidak terurus. Itu punya keluarga Thamrin, harusnya dilestarikan, tapi tak terurus," kata dia menjelaskan.

Kepala Unit Pengelola Museum kesejarahan Jakarta Sri Kusumawati yang juga memimpin Museum MH Thamrin menjelaskan, memang pihaknya saat ini sedang berusaha mengumpulkan kembali berbagai aset dan barang-barang peninggalan MH Thamrin yang berserak dan dimiliki oleh masyarakat.

"Beberapa ada yang warga dengan sendirinya menyerahkan barang MH Thamrin itu langsung ke kami di Museum, seperti Gramophone dan Radio, tapi juga ada yang kami mencari sendiri melalui keluarga MH Thamrin," kata Sri.

Salah satu bangunan warisan MH Thamrin yang kini menjadi bangunan Museum Husni di Jalan Kenari 2, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Bangunan ini, ungkap Sri, sebelumnya adalah gudang buah, dahulu di depan bangunan ada Stasiun Kenari yang mengirim buah-buahan. Oleh MH Thamrin, bangunan ini dibeli dan dijadikan gedung pergerakan kebangsaan.

"Gedung museum ini dulu digunakan untuk rapat-rapat penting pemuda pergerakan di Jakarta, yang memperjuangkan kemerdekaan," ujar dia.

Setelah itu, pada era 1986 diberikan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk dikelola sebagai Museum MH Thamrin hingga kini. Dengan adanya Museum MH Thamrin ini pihak pengelola sudah berusaha mengumpulkan berbagai peninggalan baik fisik maupun pemikiran MH Thamrin sebagai bagian dari dokumentasi sejarah perjuangan MH Thamrin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement