REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah ahlusunnah waljamaah dinisbahkan pada aliran teologi Asy'ariyah dan Maturidiiyah karena mereka berpegang kuat pada sunah Nabi saw dan juga merupakan kelompok mayoritas dalam masyarakat Islam. Sedangkan Muktazilah adalah golongan yang tidak kuat berpegang pada sunah Nabi SAW dan sejak semula merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat Islam pada waktu itu.
Oleh sebab itu, sunnah dalam istilah ini berarti hadits. Ahlu sunnah waljamaah percaya kuat dan menerima hadist-hadist sahih tanpa memilih dan melakukan interpretasi. Dengan demikian, istilah Ahlusunah waljamaah ini muncul setelah munculnya aliran teologi Asy'aariyah dan Maturidiyah.
Dengan hilangnya paham-paham teologi lain di dunia Islam, paham Ahlusunnah waljamaah berkembang dan dianut secara luas terutama semenjak Muktazilah dicabut dari mazhab resmi negara di zaman al-Mutawakkil. Sekalipun paham Syiah dan pelanjut paham Muktazilah pernah berkuasa pada masa Dinasti Buwaihi dan pada awal pemerintahan Dinasti Seljuk, namun mayoritas umat Islam pada waktu itu tidak ikut terpengaruh oleh paham teologi penguasa.
Bahkan di zaman Salajikah yang terkenal dengan Madrasah Nizamiyah oleh Nizam al Mulk, ajaran-ajaran al-Asy'ari lebih berkembang pesat. Para pengajar di madrasah ini adalah pengikut Asy'ariyah yang secara gencar menyebarkan ajaran-ajaran Ahlusunnah waljamaah kepada murid-muridnya.