Ahad 23 Feb 2020 21:02 WIB

Petani di Pidie Aceh Harap Bisa Tanam Padi Tiga Kali Lipat

Kementerian PUPR telah menyelesaikan proyek Bendungan Rajui di Pidie Aceh.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Kawasan Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie, Aceh, Sabtu (22/2). Bendungan ini baru diselesaikan pada tahun 2019 lalu dan memiliki kapasitas tampung air sebesar 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan produktif seluas 1.000 hektare.
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Kawasan Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie, Aceh, Sabtu (22/2). Bendungan ini baru diselesaikan pada tahun 2019 lalu dan memiliki kapasitas tampung air sebesar 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan produktif seluas 1.000 hektare.

REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesakan proyek Daerah Irigasi Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie, Aceh pada tahun 2019 lalu. Pembangunan bendungan tersebut diharapkan bisa meningkatkan kegiatan pertanian setempat.

Zainal Ibrahim (58), warga Kabupaten Pidie menuturkan, sebelum adanya bendungan para petani setempat kerap kali kesulitan mendapatkan air baku untuk sawahnya. Padahal, sektor pertanian merupakan tumpuan pekerjaan masyarakat. Dimulai dari komoditas padi, palawija, coklat, hingga tanaman hortikultura.

Baca Juga

"Dulu sebelum ada bendungan rata-rata kita tanam maksimal dua kali. Rata-rata sekali setahun. Ada ini kita harap bisa tanam tiga kali supaya penghasilan meningkat," kata Zainal saat ditemui di Bendungan Rajui, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Sabtu (22/2).

Ia menuturkan, rata-rata pendapatan petani penggarap setempat hanya sekitar Rp 200 ribu per bulan. Ia belum mengetahui, berapa peningkatan pendapatan yang bisa dikantongi karena total proyek Daerah Irigasi Rajui masih dalam tahap uji coba. Musim tanam juga baru saja dimulai pada bulan Februari ini.

"Kami harap bendungan ini terus ada, jangan sampai ditutup. Karena banyak perkebunan juga yang sudah rusak karena tidak ada air cukup. Ini karena sawah kita itu lahan tadah hujan," ujarnya.

Sebagai informasi, Bendungan Rajui telah selesai dibangun pada 2016. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan jaringan irigasi dan bendung pengarah pada 2017-2019 agar manfaatnya dirasakan langsung oleh petani. Daerah Irigasi Rajui sendiri menelan anggaran pusat sebesar 101,4 miliar dan dikerjakan oleh PT Andesmont Sakti.

Bendungan Rajui memiliki kapasitas tampung air sebesar 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan produktif di downstream bendungan yakni wilayah Seumayam Tanjung seluas 1.000 hektare. Area persawahan tersebut merupakan hasil pembukaan lahan pada tahun 1995 yang sebagian besarnya ditanami padi dan palawija seperti kacang-kacangan dan jagung. 

Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Djaya Sukarno, menambahkan, pembangunan DI Rajui meliputi pekerjaan konsruksi bendung pengarah sebanyak 1 unit dengan kapasitas debit pengambilan sebesar 2 meter kubik per detik. Sementara, untuk pekerjaan jaringan irigasi terdiri dari pembangunan saluran induk, sekunder dan suplesi sepanjang 15 kilometer, bangunan irigasi 59 unit, dan jalan inspeksi.

Dengan dibangunnya jaringan irigasi tersebut, diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan intensitas tanamnya jika dibandingkan dengan metode tadah hujan yang hanya satu kali dalam setahun.

"Harapannya pada tahun 2020 ini sudah dapat memberikan kontribusi peningkatan periode tanam para petani dari satu kali menjadi dua hingga tiga kali tanam dalam setahun," ujar Djaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement