Senin 24 Feb 2020 05:10 WIB

Akhir Canda Para Praja Muda

Senyum manis, canda tawa, dan riang gembira penggalang-penggalang itu tidak ada lagi.

Rep: Wahyu Suryana / Red: Agus Yulianto
Pemakaman Korban Susur Sungai. Prosesi pemakaman korban susur Sungai Sembor siswi SMPN 1 Turi Khoirunnisa Nur Cahyani di Sleman, Yogyakarta, Sabtu (22/2).
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Pemakaman Korban Susur Sungai. Prosesi pemakaman korban susur Sungai Sembor siswi SMPN 1 Turi Khoirunnisa Nur Cahyani di Sleman, Yogyakarta, Sabtu (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Tawa semangat anak-anak itu tidak lagi terdengar. Riang canda yang biasa memenuhi suasana SMPN 1 Turi Sleman berganti menjadi deru tangis orang tua yang menantikan kabar buah hatinya segera kembali ke pelukan.

Layaknya dentuman palu, kabar hanyutnya siswa-siswa pramuka yang tersebar pada Jumat (21/2) sore lepas Ashar mengubah hari jadi pilu. Akhir pekan yang dinanti bersama anak-anak kesayangan malah dipenuhi dengan kekhawatiran.

Setiap bunyi pesan yang masuk ke telfon genggam ratusan orang tua SMPN 1 Turi Sleman t,ak ubahnya suplemen kecemasan. Semua panik, semua risau, tidak tahu ke mana harus bertanya, tidak tahu ke mana harus meminta penjelasan.

photo
Sejumlah guru dan anggota pramuka melaksanakan doa bersama untuk korban susur sungai SMPN 1 Turi, Sleman di Alun-alun Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (22/2/2020).

Sebagian besar ibu bergegas mendatangi sekolah, mencari informasi sambil terus menghubungi sanak keluarga. Sedangkan bapak, kakak, adik dan keluarga lain mencoba menyusuri Sungai Sempor, tempat anak-anak mereka berkegiatan.

Semua mata dipenuhi kecemasan, semua tangan dipenuhi harapan, berharap masuk satu saja pesan di telfon genggam tentang keberadaan anak-anak kesayangan. Satu jam, dua jam, bahkan tiga jam berlalu, belum pula masuk kabar penenang.

Dekati Maghrib, deras hujan turun yang seakan tidak mau berhenti menambah kekhawatiran ratusan keluarga. Belum lagi, mereka harus menghadapi kabar-kabar jahat yang masuk ke telfon genggam, tanpa satupun memberi kejelasan.

Sejumlah video anak-anak berseragam pramuka yang berhasil diselamatkan, jadi angin harapan. Sedangkan, belasan video lain yang berisi situasi hanyutnya anak-anak makin menambah deras air mata orang tua dan keluarga yang menanti.

photo
Situasi sekolah SMPN 1 Turi pascakejadian musibah susur Suangai Sembor di Sleman, Yogyakarta, Jumat (21/2) malam.

Sore sampai malam, Desa Donokerto dipenuhi masyarakat sekitar dan relawan-relawan yang bergantian lakukan pencarian. Ambulans silih berganti melintas, membawa tubuh-tubuh kecil yang butuh pertolongan ke klinik-klinik terdekat.

"Kasih lewat, kasih lewat," ujar relawan-relawan yang berpeluh hujan dan lumpur, membuka jalan agar ambulans dapat melintas, Jumat (21/2) malam.

Tidak jauh dari Balai Desa, tepat di Jembatan Lembah Sempor, suasana gelap malam memang menyulitkan pencarian. Semua cahaya senter dari atas diarahkan ke sungai dan sekitarnya, membantu Tim SAR Gabungan yang menyusuri sungai.

Di SMPN 1 Turi Sleman, dipenuhi tangis keluarga, semua orang fokus ke papan informasi berisikan nama-nama siswa. Lewat isya, satu demi satu kabar mulai berdatangan, ada yang menjadi kabar suka, ada pula yang menjadi kabar duka.

Orang tua dan keluarga bergantian meminta kejelasan kabar anak-anak mereka kepada setiap petugas yang datang. Tidak peduli mereka berseragam BPBD, SAR, Polisi, TNI, PMI, Tagana atau apapun.

Setiap ambulans atau mobil besar yang memasuki halaman SMPN 1 Turi Sleman, menjadi perhatian mereka. Berharap, dari pintu-pintu mobil turun anak-anak mereka, mendengar kembali canda tawa riang yang menjadi napas bagi mereka.

Mulut para ibu tampak tidak berhenti mengucap doa, berharap nama anak mereka ditulis spidol hitam oleh petugas. Sebab, di sisi lain papan tulis, spidol merah dipakai petugas untuk menandakan anak yang ditemukan meninggal dunia.

Menjelang pukul 22.00, satu demi satu orang tua yang tadinya berkumpul di Kelas 7-B, dipindahkan ke Ruang Kepala Sekolah untuk mendapat pendampingan psikologis. Mereka merupakan orang tua dari anak-anak yang belum ditemukan.

"Anak saya Pak, anak saya," ucap seorang ibu berjilbab ungu yang tidak berhenti menangis, dan harus dibantu 1-2 orang untuk berpindah ruangan.

Sampai 23.00, dari 249 orang (124 Kelas 7 dan 125 Kelas 8), 216 dikonfirmasi selamat dan 23 mengalami luka. Sedangkan, dari 10 yang belum ditemukan, enam dikonfirmasi meninggal dunia dan dipastikan telah teridentifikasi.

Jerit tangis kembali terdengar jelas tatkala sejumlah orang tua ke luar dari Ruang Kepala Sekolah untuk kembali ke rumah masing-masing. Dibantu keluarga, mereka terus meminta anak-anak mereka segera ditemukan dengan selamat.

Secara resmi pencarian dihentikan sementara pada 24.00 dan dilanjutkan pada 06.00, walaupun Tim SAR Gabungan tidak berhenti mencari di sisi-sisi sungai. Pencarian dilakukan pula di jembatan-jembatan yang dilintasi Sungai Sempor.

Dari empat korban yang terus dicari keberadaannya, dua korban ditemukan pada Sabtu (22/2), dan dua korban lain ditemukan pada Ahad (23/2). Empat korban terakhir yang ditemukan dipastikan meninggal dunia dan teridentifikasi.

Tentu, semua berharap orang-orang yang bertanggung jawab atas tragedi ini mendapat hukuman setimpal. Tapi, lebih dari itu, kita berharap keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, dan anak-anak itu diterima di sisi Tuhan YME.

Kini, senyum manis, canda tawa dan riang gembira penggalang-penggalang itu tidak ada lagi. Seperti kata H Mutahar di hymne pramuka, satyaku kudharmakan dharmaku kubaktikan, mereka benar-benar telah menunaikan tugasnya di dunia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement