REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penawar selanjutnya, imbuh Prof at-Talawy ialah membaca, mentadaburi, dan mengamalkan Alquran. Hakikat keutamaan Alquran ialah sebagai obat bagi penyakit jiwa. Dalami, resapi, dan ambil makna yang disampaikan Alquran.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Yunus [10]: 57).
At-Talawy mengingatkan, di samping pesan-pesan agung yang tersimpan dalam Alquran, hadis Rasulullah SAW juga menyimpan segudang mutiara hikmah. Kesemuanya berisikan petuah bijak yang menaklukkan dan membersihkan hati.
Suatu saat, Rasul pernah bertanya kepada Haritsah bin Wahab, bagaimanakah sahabat itu melalui harinya. Haritsah menjawab, “Pagi ini, saya menjadi mukmin.”
Rasul mengujinya dan mengatakan bahwa segala sesuatu ada tanda-tandanya. “Apa bukti keimananmu,” kata Nabi. Haritsah menjawab, ia telah manjauhi dunia. Ia cukupkan siang hari dan menghidupkan malam. “Aku benar-benar melihat Arsy Tuhanku,” katanya.
Rasul pula, kata at-Talawy, pernah mengajarkan kepaada para sahabat tentang pentingnya berperilaku dengan iman. Ini terlihat dari hadis riwayat ad-Dailamy dari Ummu Salamah. “Jika Allah mencinta seorang hamba, ia akan menjadikan baginya penasihat dari jiwanya dan pencegah dari kalbunya. Ada kalanya mencegah dan melarang.”