REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengamat Hukum dan Pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan mengatakan bukan tidak mungkin tingkat popularitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meningkat sampai posisi teratas pada tabel elektabilitas calon presiden 2024. Saat ini, berdasarkan survei Indo Barometer Ridwan Kamil menjadi kepala daerah kedua paling dikenal (persentase 65,8 persen).
"Tingkat popularitas adalah modal penting bila bicara mengenai pemilihan langsung. Dan popularitas itu menjadi modal. Orang punya integritas, punya kompetensi kalau tidak populer yang kemungkinan kecil dipilih," ujar Firman Manan saat dihubungi melalui telepon, Senin (24/2).
Firman mengatakan salah satu hal yang harus diperhatikan terkait seorang kandidat yang akan berlaga di pesta demokrasi adalah harus didukung oleh popularitas yang positif. Artinya, tidak memunculkan sentimen yang negatif dari isu isu kontroversial.
"Hingga saat ini tidak ada sebetulnya hal-hal yang kontroversial dari Kang Emil. Dan saya melihat memang sejauh ini Kang Emil lebih fokus untuk membereskan atau menangani permasalahan Jabar," katanya.
Ia mengatakan hal ini berbeda dengan isu terkait Anies Baswedan. Walaupun dalam survei secara elektabilitas dan popularitas tertinggi, Anies sering muncul isu-isu kontroversial dari Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Jadi berbeda dengan kasus Jakarta seperti Pak Anies seperti kasus banjir meskipun di Jabar ada tapi tidak yang se-masif di DKI Jakarta. Terlebih DKI Jakarta itu kan magnet politiknya sangat kuat sehingga isu nasional itu bersentuhan betul," kata dia.
Berdasarkan survei Indo Barometer tingkat elektabilitas Anies Baswedan ialah 31,7 persen sedangkan dalam tingkat pengenalan di angka 91,7 persen. Firman menilai bukan tak mungkin posisi Anies Baswedan akan tersalip oleh kepala daerah lainnya bilamana yang muncul selalu isu kontroversial, termasuk Kang Emil.
"Ya, bisa saja Pak Anies Baswedan lebih populer dan elektabilitas-nya menjadi tinggi tetapi kalau terlalu banyak isu kontroversial bukan tidak mungkin dari waktu ke waktu bisa menurunkan elektabilitas," kata dia.
Terlebih, lanjut Firman, Pilpres akan berlangsung pada 2024 dan ini artinya masih terlalu jauh bilamana berpatokan pada hasil survei yang terjadi saat ini. "Waktunya masih panjang dan kita juga belum tahu, itu nama yang beredar saat ini belum tentu itu yang akan maju di 2024. Politik Indonesia kan banyak kejutan, seringkali yang muncul tiba tiba orang yang tadinya tidak dibicarakan," kata dia.
Firman mengatakan jika melihat Ridwan Kamil, sejauh ini hanya lebih rendah dalam hal coverege dari media mainstream, khususnya mengenai isu nasional dan hal tersebut berbeda dengan kepala daerah lainnya walaupun tidak jarang isu pemberitaan mereka tak selamanya positif.