Senin 24 Feb 2020 16:30 WIB

Penyakit DBD Merebak di Banyumas

Sejak Januari 28 warga terjangkit DBD di Banyumas, dua di antaranya meninggal.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merebak di Banyumas. Dinas Kesehatan setempat mencatat, sejak Januari hingga saat ini, 28 warga terjangkit penyakit DBD.

''Dari 28 warga yang terpapar penyakit DBD, dua orang meninggal dunia,'' jelas Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyumas, Dwi Mulyanto, Senin (24/2).

Dwi menyebutkan, bila dibandingkan periode yang sama tahun 2019, jumlah kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Banyumas sebenarnya jauh mengalami penurunan. Namun untuk penderita meninggal jumlahnya sama.

''Pada periode Januari-Februari 2019, warga Banyumas yang terjangkit DBD mencapai 153 kasus orang. Jauh lebih banyak dibanding periode yang sama tahun ini. Namun dari jumlah itu, jumlah pasien yang meninggal juga ada dua orang,'' katanya.

Dia menyebutkan, berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya, puncak kasus DBD memang selalu terjadi pada awal tahun. Yakni, pada saat musim hujan mulai pada puncaknya. Seperti yang terjadi tahun 2019, secara keseluruhan pada tahun itu ada sebanyak 202 warga yang terjangkit DBD.

Dari jumlah itu, sebanyak 10 orang meninggal dunia. Terkait kondisi ini, dia mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini. Terutama dengan mengaktifkan kembali kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

''Prinsipnya, jangan sampai ada media yang bisa menjadi genangan air, karena genangan air itu yang menjadi tempat nyamuk bertelur,'' jelasnya.

Dia juga menyebutkan, untuk membantu warga mengatasi sarang nyamuk, pihaknya telah menyiapkan obat abate di seluruh Puskesmas yang ada di Banyumas. ''Bagi warga yang membutuhkan abate, silakan datang ke puskesmas terdekat. Warga bisa mendapatkan abate secara gratis,'' katanya.

Selain menyediakan Abate, Dwi menyebutkan, pihaknya telah menyiapkan obat untuk kegiatan pengasapan (fogging). Namun dia menyatakan, tindakan fogging hanya dilakukan bila memang sangat dibutuhkan.

''Hal ini mengingat tindakan pengasapan, sebenarnya merupakan tindakan menyemprotkan racun yang tidak hanya mematikan nyamuk, melainkan juga bisa membahayakan mahluk hidup lainnya. Bagaimana pun, penggunaannya tidak bisa sembarangan,'' katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement