Senin 24 Feb 2020 17:22 WIB

Risma Pamerkan Penurunan Suhu 2 Derajat Celcius di Surabaya

Banyaknya pembangunan ruang terbuka hijau membuat suhu Surabaya turun 2 derajat

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima kunjungan kerja dari Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Senin (24/2). Pada kesempatan itu, Risma menyampaikan suhu di Surabaya yang mengalami penurunan hingga dua derajat Celsius. Pada awal Risma menjabat, suhu di Surabaya di kisaran 30-31 derajat celcius.

Namun, kata Risma, banyaknya pembangunan ruang terbuka hijau, lambat laun suhunya semakin turun hingga 28-29 derajat celcius. "RTH ini terus ditambah, sampai suatu saat nanti, suhu Surabaya bisa mencapai 22 derajat celcius," kata Risma

Risma menyatakan akan terus menambah ruang terbuka hijau di Surabaya hingga mencapai 30 persen RTH untuk publik. Bagi dia, target itu sangat realistis mengingat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memanfaatkan lahan-lahan kosong dan sempadan sungai untuk dijadikan taman.

Berdasarkan data, hingga 2018, luas RTH di Surabaya 7.290,53 hektar atau sama dengan 21,79 persen dari luas wilayah. Total tersebut terdiri dari luas RTH Makam mencapai 283,53 hektar, RTH lapangan dan stadion 355,91 hektar, RTH telaga atau waduk atau bozem 192,06 hektar, RTH dari fasum dan fasos permukiman 205,50 hektar, RTH kawasan lindung 4.548,59 hektar, RTH hutan kota 55,81 hektar, RTH taman dan jalur hijau (JH) 1.649,10 hektar.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengapresiasi turunnya suhu udara di Kota Surabaya. Dia mengatakan, saat di berbagai negara berlomba-lomba menekan suhunya supaya tidak naik hingga 2 derajat Celsius, di Surabaya fenomenanya malah terbalik, dimana ada penurunan hingga 2 derajat celsius.

“Ini sesuatu yang sangat fenomenal dan benar-benar langka apabila kita cari di belahan bumi mana pun. Sehingga ini perlu diapresiasi setinggi-tingginya,” kata Dwikorita.

Menurutnya, fenomena di Surabaya ini sangat unik. Sebab, meskipun di Surabaya ada industri dan tingkat transportasi tinggi, tapi suhunya berhasil ditekan. Makanya, ia menyampaikan, informasi semacam ini sangat perlu disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.

“Harus banyak orang yang belajar dari sini. Ini penghargaan kepada Bu Wali yang telah sukses beradaptasi dalam mengatasi perubahan iklim global. Ternyata rahasianya sudah dibongkar juga tadi, yaitu penghijauan, penghijauan dan penghijauan,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement