REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Pembibitan Penghafal Al-Quran (PPPA) Daarul Quran (Daqu) bekerja sama dengan Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CI-BEST) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di bawah naungan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengkaji manfaat keberadaan program tersebut. Dari kajian ini, PPPA Daarul Qur'an mendapat apresiasi dari penerima manfaat.
Kepala CI-BEST Lukman Mohammad Baga mengatakan, yang pertama sesuai tujuan kita adalah untuk mendapatkan potret program Kampung Qur'an di beberapa sampel wilayah di OeUe, Jailolo, Lombok, dan Rukem. Dia melihat pelaksanaan program dari persepsi para penerima manfaat mulai dari fase tanggap darurat awal, fase pemulihan, hingga pemberdayaannya.
"Ternyata memang apa yang dilakukan ini boleh dikatakan angkat jempol ya, bagus, sangat baik, meski ada beberapa catatan perbaikan," ucap dia dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (24/2).
Meski masih memiliki beberapa catatan dan ada proses penyempurnaan terhadap
laporannya, Lukman mengaku takjub program ini mendapatkan apresiasi sangat baik dari masyarakat sekitarnya. Penilaian sangat baik ini dilihat dari kecepatan pemberian bantuan, kecukupan bantuan yang diberikan, ketepatan pemberian bantuan kepada sasaran, keterampilan petugas, dan sikap petugas.
"Apresiasinya sangat baik karena program Kampung Qur'an PPPA Daarul Qur'an ini
berkelanjutan pascabencana, ada program pembinaan, pendampingan, segala macam,
sehingga orang bisa menilai bahwa ini jauh lebih baik," lanjutnya.
Penelitian dilakukan pada 2019 selama tiga bulan, dan bertujuan melihat sejauh mana respons kepuasan masyarakat lokal mengenai program rekayasa sosial dengan konsep Kampung Qur'an ini. Ada empat sampel penelitian yang diambil, yaitu Kampung Qur'an OeUe, Kampung Qur'an Bobanehena, Kampung Qur'an Rukem, dan Kampung Qur'an Dasan Lekong.
Kampung Qur'an merupakan program dakwah Alquran berbasis kawasan, lingkungan, dan komunitas yang berada di wilayah marjinal, terpencil, minoritas, bekas terdampak bencana, dan jauh dari akses peradaban. Program tersebut telah bergulir sejak 2011 dan melahirkan 11 Kampung Qur'an yang tersebar di Nusantara.
Kampung Qur'an pertama yang berdiri adalah Kampung Qur'an Merapi. Kampung Qur'an Merapi berdiri sebagai bentuk bantuan pemulihan pascabencana setelah erupsi dasyat Gunung Merapi pada akhir 2010, yang telah melenyapkan beberapa perkampungan di kakinya dan menewaskan Mbah Maridjan.
Kemudian disusul 10 Kampung Qur'an lainnya, yaitu Kampung Qur'an Oe Ue di NTT, Kampung Qur'an Rukem di Purworejo, Kampung Qur'an Bromo di Jawa Timur, Kampung Qur'an Jailolo di Halmahera Barat, Kampung Qur'an Melempo di Lombok Timur, Kampung Qur'an Dasan Lekong di Lombok Utara, Kampung Qur'an Lembanna di Sulawesi Selatan, Kampung Qur'an Sipelot di Malang, Kampung Qur'an Sadaunta di Sulawesi Tengah, dan Kampung Qur'an Sebatik di Nunukan, Kalimantan Utara.