REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Para nelayan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) tidak bisa turun melaut sudah hampir sepekan. Mereka tak bisa melaut akibat ketinggian gelombang di perairan tersebut mencapai lima meter.
"Dari tanggal 19 Februari kemarin nelayan tak melaut karena gelombang tinggi, direncanakan tanggal 26 Februari nanti baru kembali ke laut," kata Ketua Koperasi Nelayan Karang Labak, Pulau Tiga, Dedek Ardiansyah, Senin.
Dia mengatakan, total ada 54 kapal nelayan setempat yang beristirahat melaut, terdiri dari 29 kapal berkapasitas 10-30 GT, dan 25 kapal berkapasitas 3-5 GT.
Kapal-kapal tersebut parkir di dermaga Kecamatan Pulau Tiga Barat, Natuna sampai cuaca mendukung buat melaut. "Percuma jika tetap dipaksakan melaut di tengah kondisi seperti ini, karena nyawa nelayan jadi taruhannya," ujar Dedek.
Para nelayan sekitar memanfaatkan waktu libur melaut dengan memperbaiki alat tangkap yang perlu diganti atau ditambah.
Kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, nelayan terpaksa mengandalkan uang simpanan dari hasil tangkapan sebelumnya. "Alhamdulillah, sejauh ini nelayan masih mampu buat menutupi keperluan di rumah selama tak melaut," ungkap Dedek.
Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjungpinang, Kepulauan Riau meminta warga mewaspadai ketinggian gelombang di Perairan Kepri yang saat ini mencapai 5 meter.
"Terutama di wilayah Natuna dan Anambas, ketinggian gelombang sekitar 0,8 sampai 5 meter," tutur Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Arditho.
Sedangkan di wilayah Tanjungpinang, Batam, dan Karimun rata-rata tinggi gelombang 0,4 sampai 1,2 meter. Kemudian, Bintan 0,5 sampai 2 meter, dan Lingga 0,5 sampai 1,5 meter. "Kami prediksi tinggi gelombang di laut Kepri akan kembali normal dalam tiga hari ke depan," tutur Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Arditho.